- Back to Home »
- IPM: Mendeklarasikan sebagai Gerakan Ilmu
By. Azaki Khoirudin
(SEKRETARIS PP IPM)
Upaya
pencerdasan kehidupan bangsa telah jauh dilakukan oleh Muhammadiyah sebelum
Negara Indonesia merdeka melalui lembaga-lembaga pendidikan. Di lain pihak,
Pendidikan yang seharusnya menjadi motor penggerak pendidikan untuk pencerdasan
bangsa, malah tereduksi menjadi sempit, karena hanya mengurusi pengajaran dan
administrasi sekolah saja, padahal pendidikan adalah universal. Hal ini menjadi
penting, jika memang IPM berhasrat keras untuk mengubah kondisi bahkan mengisi
masa depan bangsa, IPM sebagai aksentuator dan lembaga kaderisasi Muhammadiyah
perlu membuka diri untuk memanfaatkan pelajar se-Indonesia menjadi anak muda
terdidik. Oleh karena itu, Islam, Peradaban, dan Gerakan Ilmu harus dimainkan
oleh gerakan pelajar yang berkemajuan.
Ketua
Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dien Syamsuddin dalam sambutannya pada Rapat
Kerja Nasional (Rakernas), 29-31 MARET 2013 Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah,
mengatakan, IPM perlu segera mendeklarasikan sebuah gerakan ilmu dan gagasan
peradaban. Gerakan itu, menurut Bang Dien, ialah gerakan pencerahan (tanwir, enlightment) serta pencerdasan,
sebagai manifestasi agen pencerahan. Bang Dien
menegaskan bahwa hakikat gerakan Muhammadiyah ialah gerakan pencerahan (al-harakah at-tanwiriyah) yang sangat
dekat dengan ilmu dan upaya pencerdasan. Sebagaimana ia mnyatakan, salah satu
sumbangsih Muhammadiyah terhadap bangsa ialah selain Muhammadiyah menghilangkan
‘tujuh kata’ pada sila pertama pancasila, Muhammadiyah juga memiliki sumbangsih
pada rumusan falsafah bangsa Indonesia pada kalimat ‘mencerdaskan kehidupan
bangsa’.
Dengan
kesediaan IPM tampil sebagai gerakan ilmu, diharapkan muncul kelompok yang
dapat diandalkan sebagai rujukan dalam memahami masalah besar, yang menyangkut
pemahaman agama, ilmu pengetahuan, kemanusiaan, kebudayaan, dan peradaban di
masa yang akan datang. Sebagaimana Buya Syafi’i mengingatkan, kini zaman sedang
bergulir dan berubah dengan cepat karena ditopang perkembangan teknologi
informasi. Semua itu tak dapat dielakkan. Menurutnya, dalam melintasi zaman
tersebut, diperlukan sebuah fondasi ilmu yang kokoh dan iman yang tulus. Dengan
begitu, IPM bersama Muhammadiyah bisa membangun sebuah tonggak sejarah yang bergerak
lebih jauh secara strategis dalam memasuki abad selanjutnya.
Meminjam
pendapat Buya Syafii, “umat Islam masih belum berdaya ntuk mengawal gerak
peradaban karena persyaratan untuk itu belum dimiliki, umat Islam masih kurang
ilmu dan wawasannya terbatas,” Begitu juga, Bang Dien dalam refleksinya, ia
mengatakan IPM dan juga AMM lainnya, tidak sekedar menjadi pelopor, pelangsung,
penyempurna AUM, tatapi lebih dari sekedar itu, yakni menjadi pengawal gerakan
pencerahan (tajdid, tanwir) atau
gerakan ilmu menuju peradaban utama (masyarakat utama). Dengan demikian, IPM
tak sekedar menjadi ‘laskar pelangi’ maupun ‘laskar matahari’, namun menjadi
‘laskar zaman’ dengan gerakan Ilmu. Karena, hanya dengan gerakan ilmu lah
peradaban unggul (utama) akan terwujud.
Ikhtiar
gerakan IPM mewujudkan pelajar yang kritis dan progresif harus dilakukan dengan
dengan memahami dan mengamalkan Islam yang berkemajuan. Islam berkemajuan
memiliki tiga paradigma, yaitu membebaskan, memberdayakan, dan memajukan
kehidupan umat manusia. Pertama,
membebaskan manusia dari belenggu yang tidak manusiawi, dari thoghut (segala yang tidak memanusiakan
dan menjauhkan manusia dari fitrah kemanusiaan). Kedua, memberdayakan potensi manusia, sehingga mambantu menjadi
manusia unggul. Ketiga, memajukan
kehidupan manusia, dengan ilmu, menjadi manusia yang berkemajuan dan
berperadaban unggul. Pasca IPM menjadi organisasi terbaik Nasional dan ASEAN,
sudah seharusnya IPM berikhtiar bagaimana menuju gerakan terbaik (khairu
‘ummah). “faidza faraghta fanshab, wa
ilaa rabbika farghab”. Amien.