- Back to Home »
- TINTA, PENA, & TULISAN?
by. Azaki Khoirudin
Pena!
Jika kita membuka lembaran-lembaran al-Qur’an, kita akan menemukan salah satu
ayat-Nya yaitu surah al-Qalam ayat 1. Kenapa Allah bersumpah dengan pena? Ada
apa dengan pena? Ternyata tiga komponen dalam ayat ini, yaitu nun, qalam, dan tulisan. Sebagaimana
Hamka mencoba mendekatkan tafsir ini dengan realitas kehidupan sehari-hari.
Hamka menafsirkan huruf “nun” ini
dengan “tinta” dan qalam ditafsirkan
pula dengan “pena” yang dipakai untuk menulis. Kemudian, “apa yang mereka tuliskan”
ialah hasil dan buah pena ahli-ahli pengetahuan yang menyebarkan ilmu dengan “Tulisan”.
Ketiga benda tersebut dalam kehidupan dari awal sampai saat ini ialah sangat
penting bagi kemanusiaan, yaitu “TINTA”, “PENA”, dan “TULISAN”.
Tinta
Nun ialah salah satu huruf dari banyak hijaiyah yang jika disusun akan
membentuk sebuah kalimat. Aziz Al-Din Nasafi (Wafat 695H/1295M), seorang
sufi yang pikirannya banyak dipengaruhi oleh Ibnu Arabi, menjelaskan bahwa “nun” adalah “bak tinta”. Hamka pun menyebutkan
riwayat lain dari Ibnu Abbas, arti Nun
ialah dawat atau tinta. Penafsiran “nun”,
sebagai “bak tinta” atau “kolam tinta” ini karena “nuun” dihubungkan dengan surah Al-Kahfi ayat 109, “Katakanlah:
‘Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku,
sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku,
meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”.
Tinta adalah isi pena. Tanpa tinta pena tidak mampu
menuliskan warna tulisan. Oleh sebab itu, jika
“nun” ditafsirkan sebagai “TINTA” (kaum
Sufi menafsirkan BAK TINTA_, maka tinta adalah sumber pengetahuan. Sumber
utama pengetahuan adalah reaitas teks al-Qur’an dan sunnah (Wahyu) senagai ayat
Qauliyah. Dalam konteks sains (ilmu
pengethuan alam) maka sumber pengatahuan adalah realitas alam semesta dan jagat
raya seisinya yang telah ditundukkan Allah untuk dikelola manusia. Terahir, meminjam
istilah Kuntowijoyo menyebut selain ada ayat-ayat Qauliyah dan Kauniyah,
ada ayat-ayat nafsiyah. Yakni
realitas sosial masyarakat (interaksi manusia) yang menjadi garapan yang harus
dikelola manusia.
Pena
Menurut Ibnu Katsir, kata “wal
qolami” (demi kalam), secara
lahiriyah berarti demi pena yang digunakan untuk menulis. Seperti firman Allah
Ta’ala "Dia yang mengajarkan dengan qalam" (QS Al-Alaq ayat 4). Dalam Tafsir al-Misbah, al-Qalam bisa berarti pena tertentu atau
alat tulis apa pun termasuk komputer. pena adalah alat tulis apa pun termasuk
komputer adalah pendapat yang lebih tepat karena sejalan dengan kata perintah iqra’ (bacalah).
Makna “qalam” sudah banyak
disepakati ditafsirkan sebagai pena atau alat menulis. Pena adalah sebuah alat
untuk menulis yang tergantun pada tinta yang diisi, tergantung pada sumber
pengetahuan yang dibaca.
Tulisan
Tulisan merupakan hasil
dari apa yang telah digoreskan oleh pena yang didalamnya terdapat tinta.Jika “nun” adalah tinta dan qalam adalah pena yang dipakai untuk
menulis. Kemudian, “apa yang mereka tuliskan” ialah hasil dan buah pena
ahli-ahli pengetahuan yang menyebarkan ilmu dengan Tulisan. Sehingga Allah
sampai bersumpah dengan pena adalah tidak asal-asalan. Karena pena dan tulisan
yang terdiri dari huruf-huruf memiliki manfaat dan keajaiban yang luar biasa
bagi kehidupan ini. Maka dari itu, tulisan dan aktivitas menulis adalah sebuah
keniscayaan.
Menulis adalah aktivitas makna, sebelum kegiatan mengumpulkan
lafaz-lafaz. Tanpa ada karya tulis dari para penulis-penulis, mungkin kita yang
hidup di akhir zaman ini tidak akan banyak mendapatkan ilmu dan pemahaman agama
yang baik. Al-Qur'an dan hadist tertulis dan terjaga kesuciannya, para
ulama-ulama juga meninggalkan karya-karya spektakuler yang masih kita bisa
nikmati hasilnya seperti ihya' ulumuddin, kitabus syitah yang berjilid-jilid,
kitab tafsir al-Qur'an dan Hadist yang juga berjilid-jilid. Padahal mereka
ulama yang juga harus sibuk mengajar, merojaah, bermuamalah tapi tetap
menyempatkan diri untuk mewariskan ilmunya dengan menulisnya dalam kitab-kitab
klasik.
Pelajar Pertama: Adam dan Idris
Jika
Nabi Adam adalah manusia yang pertama kali diciptakan di dunia sekaligus
manusia pertama kali yang membaca. Allah yang mengajarkan pada Nabi Adam
nama-nama benda. Maka, Nabi Idris adalah manusia pertama kali yang menulis
dengan pena. Nabi Idris adalah
keturunan ke enam Nabi Adam, dari Yazid bin Mihla’iel bin Qinan bin Syits. Dia
kakek bapak Nabi Nuh AS. Nabi Syits mengajarkan Idris membaca Shafiah. Allah
SWT menurunkan 30 Shahifah kepada Nabi Idris AS yang berisi petunjuk untuk
disampaikan kepada umatnya (keturunan Qabil yang durhaka kepada Allah).
Karena ketekunannya dalam beribadah dan menuntut ilmu, Nabi Idris
dikaruniai Allah SWT pengetahuan yang luas dan dalam. Dialah manusia pertama
yang menulis dengan pena serta satu-satunya Nabi yang tinggal di surga tanpa
mengalami kematian. Idris kecil mempelajari Shafiah dengan tekun. Tidak
mengherankan bila Allah menganugerahkan ilmu pengetahuan yang luas. Tidak salah
jika namanya ialah Idris, karena ia selalu belajar. Idris adalah yang mula-mula
pandai ilmu hitung dan ilmu bintang, dan manusia pertama yang merancak kuda,
menggunting pakian yang terbuat dari kulit binatang dan menjahitnya.