Gerakan Pelajar Berkemajuan: Perlukah? Mungkinkah?
Gerakan Pelajar Berkemajuan (GPB) adalah paradigma yang muncul dari Tanfidz Muktamar XVIII IPM di Palembang 2012. Paradigma didefinisikan sebagai seperangkat konsep yang berhubungan satu sama lain secara logis membentuk sebuah kerangka pemikiran yang berfungsi untuk memahami, menafsirkan dan menjelaskan kenyataan dan atau masalah yang dihadapi.  (Lihat Tanfidz Muktamar XVIII).  GPB  merupakan wujud dari gerakan ilmu yang tepat bagi (IPM), karena sesuai dengan basis masanya yaitu pelajar.
Sebagai sebuah paradigma gerakan, GPB menjadikan Islam yang Berkemajuan sebagai alat baca memahami realitas. Islam yang berkemajuan yang dimiliki oleh Muhammadiyah memiliki tiga karakter utama, yaitu “Membebaskan, Memberdayakan, dan Memajukan”. Dari sini kemudian dilakukan kontekstualisasi dalam menurut kaca mata pelajar, sehingga IPM memiliki tiga ciri utama Gerakan Pelajar-Berkemajuan yaitu” Pencerdasan, Pemberdayaan dan Pembebasan”.  Inilah yang membedakan dengan tiga tertib (belajar, ibadah, dan organisasi), yang kemudian dilanjutkan dengan paradigma Gerakan Kritis-Transformatif (GKT) dengan tiga cirinya, yaitu “Penyadaran, Pemberdayaan, dan Pembelaan”. Kemunculan terma Kritis-Transformatif banyak diilhami oleh Mansour Fakih (Penggemar Pendidikan Kritis Paulo Freire), terutama melalui buku Pendidikan Popular, Membangun Kesadaran Kritis dan wacana Muslim Abdurrahman dengan Teologi Islam Transformatifnya.
Teologi Islam Transformatif, dilanjutkan oleh Kuntowijoyo dimana Teologi (baca: Teori Sosial) Transformatif dengan Istilah Teori Sosial Profetik, yang menjadikan Islam bukan lagi sebagai mistis dan ideologis, melainkan sebagai Ilmu, dan Al-Qur’an sebagai paradigma. Tidak cukup di sini, gagasan Islam sebagai ilmu dan al-Qur’an sebagai paradigma disempurnakan lagi oleh Amin Abdullah dengan konsep terkenalnya yaitu integrasi-interkoneksi ilmu, yang menjadikan al-Qur’an sebagai paradigma didukung dengan pendekatan berbagai ilmu. Kemudian, konsep ini digunakan untuk mereaktualisasi Islam yang berkemajuan saat usia Muhammadiyah memasuki abad kedua.
Kemunculan, GPB merupakan upaya cerdas dan adaptif yang dilakukan IPM. Karena, selain momen keharusan perubahan IRM ke IPM tidak sekedar nama saja, tetapi harus disertai perubahan paradigmatis. Juga saat Muhammadiyah memasuki abad kedua, perlu mereaktualisasikan Islam yang berkemajuan. Dalam hal ini, gagasan Gerakan Pelajar Berkemajuan dengan ciri tiga P (Pencerdasan, Pemberdayaan, dan Pembebasan) sebagai paradigma  adalah sebuah ijtihad yang luar biasa. Hanya saja, dalam Tanfidz Muktamar XVIII IPM ini belum komperehensif ketika menjelaskan paradigma. Sehingga, perlu ijtihad sekalilagi untuk menyempurnakan GPB sebagai alat baca realitas sosial.
Dalam menjelaskan paradigma, dapat merujuk pada Heddy Shri Ahimsa-Putra. Menurutnya, ketika ingin menjelaskan paradigma, paling tidak terdapat unsur-unsur (komponen-komponen) paradigma, sebagai berikut: a. Asumsi  Dasar; b. Etos / Nilai-nilai; c. Model d. Masalah; e. Konsep-konsep Pokok  f. Metode-metode Penelitian ; g. Metode-metode Analisis; h. Hasil Analisis; dan i. Representasi. Sembilan (9) unsur ini dapat digunakan dalam membentuk paradigma pelajar berkemajuan, sebagai manifestasi gerakan ilmu di kalangan pelajar.

- Designed by Azaki Khoirudin -