- Back to Home »
- Islam Berkemajuan sebagai Ideologi Terbuka
Oleh: Muhammad Asratillah
(Lembaga
Penelitian dan Pengembangan PW Muhammadiyah Sulsel)
Pandangan mengenai Muhammadiyah sebagai gerakan Islam
yang berkemajuan sudah muncul sejak awal-awal dari pendirian Muhammadiyah.
Idiom “kemajuan”, “ memajukan “, “maju” dan “berkemajuan” telah
diperkenalkan oleh founding fathers Muhammadiyah. “Memajoekan hal Igama kepada
anggauta-anggautanja” bunyi pernyataan dalam statue pertamakali tahun 1912, dan
dalam edisi awal Suwara Muhammadijah yang di tulis dalam bahasa Jawa
diungkapkan “Karena menurut tuntunan agama kita Islam, serta sesuai dengan
kemauan zaman kemajuan”. Dalam Muktamar ke 37 tahun 1968 karakter Masyarakat
Islam yang sebenar-benarnya salah atu cirinya adalah “Masyarakat Islam
adalah masyarakat yang maju dan dinamis, serta dapat menjadi contoh….”
Karakter Islam yang
berkemajuan ini dipertegas dalam Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua
pada Muktamar Muhammadiyah ke 46 tahun 2010 yang menyatakan “ Islam berkemajuan
menyemaikan benih-benih kebenaran, kebaikan, kedamaian, keadilan, kemaslahatan,
kemakmuran dan keutamaan hidup secara dinamis bagi seluruh umat manusia, Islam
yang menjunjung tinggi kemuliaan manusia baik laki-laki maupun perempuan tanpa
diskriminasi. Islam yang menggelorakan misi anti perang, antiterorisme,
antikekerasan, antipenindasan, antiketerbelakangan dan anti terhadap segala
bentuk pengrusakan di atas muka bumi seperti korupsi, penyalahgunaan kekuasaan,
kejahatan kemanusiaan, eksploitasi alam, serta berbagai kemungkaran yang
menghancurkan kehidupan. Islam yang secara positif melahirkan keutamaan yang
memayungi kemajemukan suku, bangsa, ras, golongan dan kebudayaan umat manusia
di muka bumi”.
Yang menjadi menarik
kemudian adalah penegasan bahwa Pandangan Islam yang berkemajuan merupakan
ideology Muhammadiyah, hal ini berkali-kali di pertegas oleh salah satu unsur
ketua dalam Pimpinan Pusat Muhammadiyah yaitu Dr.H. Haedar Nashir, M.Si.. Pada
tulisan kali ini penulis berusaha membahas mengenai karakter ideology dari
ideology Muhammadiyah : Islam berkemajuan. Sebab pengertian atau definisi dari
kata ideology tidaklah homogen, tetapi merentang dari definisi yang sifatnya
peyoratif hingga yang sifatnya netral.
John Storey
mengikhtisarkan heterogenitas konsep ideologi secara padat dalam bukunya yang
berjudul “An Introduction Guide to Cultural Theory and Popular Culture”.
Dalam buku tersebut John Storey mengulas lima konsep Ideologi yaitu :
Pertama. Ideologi merupakan pelembagaan seperangkat
gagasan, nilai, pandangan hidup secara sistematis yang kemudian diartikulasikan
oleh kelompok tertentu. Jadi ideologi merupakan ide-ide dasar atau basis visi
dan misi serta motivasi sadar yang menggerakkan seseorang dalam kelompok
tertentu. Ideologi juga bisa diartikan sebagai cara nalar dalam menfsirkan
dirinya,manusia, sejarah dan dunia serta bagaimana posisi dirinya dalam sejarah
tersebut.
Kedua. Ideologi merupakan penopengan terhadap realitas.
Disini ideologi digambarkan sebagai alat untuk menyeleksi teks-teks serta praktik-praktik
budaya tertentu, untuk menghadirkan citra-citra atau repsentasi-representasi
mengenai realitas yang telah diistorsi, diselewengkan untuk mempertahankan
status quo. Inilah yang disebut oleh Marx dalam German Ideology sebagai
“kesadaran palsu”. Jadi dalam konsep yang kedua, ideology adalah alat untuk
menjaga kepentingan-kepentingan kuasa dari kelas penguasa atau borjuis dan
untuk membuat agar kelas proletar atau yang ditindas menjadi betah untuk
didominasi dan dihegemoni. Dengan cara apa ? dengan cara reifikasi menurut
George Luckas, reifikasi adalah proses membuat tatanan sosial tertentu
memperoleh citra yang ternaturalkan, at given dan tidak bisa diganggu gugat
lagi.
Ketiga. Konsep ideologi yang erat kaitannya dengan hingar
bingar, hiruk pikuk dan pesona Pop Culture. Ini terkait dengan konsep
kedua dari ideologi sebelumnya. Cuman yang membedakan jika ideology dalam
konsep yang kedua bersangkut paut dengan pandangan filosofis atau keagamaan
tertentu yang sifatnya cenderung “dalam”, maka dalam konsep yang ketiga ini
berkaitan dengan sesuatu yang sifatnya “dangkal”, bahkan artifisial. Ideologi
disini diartikan sebagai sesutau yang bisa menarik, dan membujuk hasrat
pemirsa, dihadapan TV, majalah, papan iklan ataupun etalase-etalase barang
dagangan di mall-mall besar.
Keempat. Konsep ideologi yang bukan hanya berkaitan dengan
kesadaran manusia, yang melahirkan “kesadaran palsu”, tetapi ideology juga
sesuatu yang berkaitan dengan tindakan dan proses-proses material serta
birokrasi. Gagasan ini dikemukakan oleh salah seorang pemikir Perancis yang
bernama Louis Althusser dalam bukunya yang berjudul Ideology and Ideological
apparatus. Menurut Althusser ideology merasuk hingga ke ritual-ritual
keseharian kita, semisal ritual sekolah yang tidak partisipatif, ritual
birokrasi kita yang seperti mesin. Dan ritual-ritual tersebut berfungsi untuk
menjinakkan dan menundukkan manusia di hadapan kepentingan kelas sosial
tertentu.
Kelima. Konsep ideologi
yang dikemukakan oleh semiolog Perancis, Rolan Barthes. Ideologi (mitos dalam
istilah Barthes) adalah sesuatu yang mengarahkan kita untuk membatasi konotasi
atau makna secara hegemonik. Menyingkirkan konotasi-konotasi sebelumnya dan
menawarkan konotasi-konotasi baru secara hegemonik.
Lalu di antara kelima
konsep ideology yang di ulas oleh John Storey di atas, mana yang cocok dengan
karakter Ideologi Muhammadiyah ?. Menurut hemat penulis konsep pertama bisa
digunakan dalam mempersepsi Ideologi Muhammadiyah yaitu Islam Berkemajuan. Jadi
Kita bisa mempersepsi bahwa yang dimaksud dengan Ideologi Muhammadiyah adalah
seperngkat gagasan yang telah terlembagakan, motivasi dasar, perangkat nalar
yang digunakan Muhammadiyah dalam memandang dirinya, umat manusia, sejarah dan
dunia, serta bagaimana Muhammadiyah memposisikan dirinya di tengah
proses-proses yang tiada henti. Gagagasan yang terlembagakan tersebut yang kita
namakan Islam Berkemajuan.
Tetapi keterhubungan
konsep ideology yang pertama menurut John Storey di atas dengan Ideologi
Muhammadiyah, haruslah disertai dengan catatan. Karena salah satu karakter dari
ideology yang merupakan pelembagaan gagasan-gagasan tertentu adalah totalitas
dan statis, dan jika totalitas dan ke-statis-an menjangkiti Ideologi
Muhammadiyah, maka akan mengalami kontradiksi diri, sebab Islam Berkamajuan
adalah Islam yang mendorong “…hidup secara dinamis bagi seluruh umat manusia…”
dan “…memayungi kemajemukan…”. Totalitas adalah oposisi bagi kemajemukan dan
hidup statis adalah oposisi bagi kedinamisan, sebagaiman yang bathil
adalah oposisi bagi yang haq. Inilah yang disebut oleh Ali Syariati
sebagai “Ideologi Terbuka” sebagai oposisi bagi “ideology tertutup”. Ideologi
terbuka adalah ideology yang mengutamakan kedinamisan dan kemajemukan dalam
perjuangannya menciptakan tata kehidupan yang lebih adil, egaliter dan lebih
baik.
Selain menjadi ideologi
yang terbuka Ideologi Muhammadiyah jangan samapai terjatuh menjadi
ideologyiseperti yang di ulas John Storey dalam konsepsi ideologinya yang kedua
hingga kelima. Muhammadiyah jangan sampai menjadi produsen “kesadaran palsu”
bagi umat, Muhammadiyah jangan sampai takut menganalisa, mengungkap beberapa
ketimpangan-ketimpangan sosial yang mengitari rakyat kecil hanya demi
menyenangkan penguasa. Muhammadiyah seharusnya menjadi garda terdepan dalam
melakukan penyadaran bagi kaum yang lemah, agar mereka sadar akan hak-haknya
dan mengetahui bagaimana cara yang ihsan untuk memperoleh hak-haknya.
Muhammadiyah harus mampu mendisseminasikan kesadaran kritis ke khalayak luas,
kesadaran yang menganggap bahwa realitas atau kondisi sosial sekarang ini
bukanlah sesuatu yang at- given, kesadaran yang menganggap “Allah tidak
akan mengubah nasib sebuah kaum jika bukan kaum itu sendiri yang mengubahnya”.
Muhammadiyah juga jangan
terjatuh menjadi organisasi massa, yang hanya memperbesar citra. Larut dalam
permainan identitas di baliho-baliho atau sepanduk-sepanduk. Yang dibutuhkan
Muhammadiyah bukan sekedar citra yang besar tetapi tindakan-tindakan besar,
terobosan-terobosan yang luar biasa, pemihakan yang nyata terhadap kaum
mustdafhin. Bukan sekedar organisasi yang pandai mengklaim diri sebagai
organisasi yang progresif tanpa bukti nyata tentang progresifitas dalam hal
pikiran dan tindakan.
Birokrasi adalah sesuatu
yang tidak bisa kita pisahkan dari Muhammadiyah. Dengan jumlah anggota yang
besar, disertai dengan amal usahanya yang begitu banyak, perangkat koordinasi
yang efektif dan rasional dibutuhkan dan itulah birokrasi organisasi. Tetapi
birokrasi organisasi bukanlah tujuan tetapi hanya sekedar instrument bagi
Muhammdiyah dalam mengekspresikan ideologinya. Birokrasi organisasi tidak akan
lepas dari ritual-ritual birokrasi organisasi, tetapi birokrasi itu seperti
pisau bermata dua, di satu sisi dia mampu mengkoordinir segala rupa sumber daya
dalam organisasi tetapi disetu sisi dia bisa menjadi semacam “lubang hitam”
yang menghisap dan menguras segala perhatian, waktu dan energi kita, sehingga
tanpa disadari kita meminggirkan alasan-alasan atau tujuan ideologis yang
membuat Muhammadiyah “ada”. Muahmmadiyah harus bertanya pada dirinya ditengah-tengah
hiruk-pikuk ritual-ritual birokrasi organisasi Muhammdiyah, seberapa besar
dirinya telah berkontribusi bagi penghilangan diskriminasi perempuan ?,
seberapa besar energy yang dikeluarkan untuk melawan terorisme, peperangan dan
tindak kekerasan? Seberapa banyak perhatian yang diberikan untuk memayungi
kemajemukan? Dan seberapa berani dan lantang suaranya dalam menentang
pengrusakan lingkungan, korupsi dan penyalah gunaan kekuasaan.
Yang paling penting
adalah watak hegemonik harus jauh dari Muhammadiyah. Muhammadiyah jangan sampai
menjadi momok yang selalu mau serakah akan pemaknaan. Muhammadiyah harus
menjadi ormas yang paling gencar mendifusikan budaya dialog. Tapi sebelumnya
budaya dialog harus tumbuh subur kalangan internal Muhammadiyah dan harus
menjadi tauladan yang selalu mengutamakan dialog saat berinterkasi dengan yang
lain. Saya yakin Muhammadiyah adalah organisasi yang besar yang memiliki
peluang besar untuk melakukan tindakan-tindakan besar bagi Islam, Indonesia dan
Umat Manusia.