- Back to Home »
- Etos (Nilai-nilai) Pelajar Berkemajuan
Etos Pelajar-Berkemajuan adalah perangkat nilai atau
nilai-nilai yang mendasari perilaku komunitas
pelajar IPM. Unsur yang sangat menjadi ciri khas paradigma
pelajar berkemajuan adalah pada unsur transendensi (keimanan yang berkemajuan,
dalam arti melampaui). Unsur transendensi ini dalam gerakan
ilmu IPM diwujudkan dalam bentuk penghayatan. Penghayatan melibatkan pikiran dan perasaan pelajar
terhadap sesuatu yang diyakininya atau disukainya, yaitu
“ILMU”. Kalau dalam beragama penghayatan tersebut diwujudkan dalam
peribadatan, untuk menyembah “Pengetahuan Mutlak”, dalam Gerakan
Ilmu IPM, hal diwujudkan dalam kegiatan keilmuan sehari-hari.
Gerakan
ilmu merupakan perwujudan dari etos dasar dalam paradigma pelajar
berkemajuan yakni pengabdian. Hal yang sangat penting bagi
paradigma pelajar berkemajuan adalah perangkat nilai yang ada dalam gerakan ilmu. Nilai utama dari ilmu adalah
”beribadah”, sebagai ”pengabdian”, penghambaan. Penghambaan atau pengabdian ini
dalam Islam berupa rukun Islam. Dalam “gerakan
ilmu”, pengabdian ditransformasikan menjadi pengabdian pada lima
hal, yakni pada (a) Allah; (b) Pengetahuan; (c) diri-sendiri;(d) sesama dan (e)
alam.
a. Etos Pengabdian kepada Allah (Nilai
KeTauhidan) Pengabdian kepada Allah dalam gerakan ilmu adalah meniatkan semua
aktivitas keilmuan sehari-hari untuk
Allah s.w.t semata, dalam rangka mewujudkan segala perintah-perintahnya dan
mengikuti segala larangannya.[1]
b. Etos Pengabdian
kepada Pengetahuan (Nilai Keilmuan). Pengabdian untuk ilmu dalam paradigma
pelajar berkemajuan adalah meniatkan aktivitas keilmuan sehari-hari untuk mengembangkan
menambah dan memperluas keilmuan. Akan tetapi pengembangan ilmu
pengetahuan ini tetap harus ditempatkan
sebagai bagian atau unsur dari aktivitas untuk mengabdi kepada Allah s.w.t. itu
sendiri. [2] Nilai keilmuan, yakni semangat untuk melakukan
sesuatu yang akan bemanfaat bagi ilmu pengetahuan.
c. Etos Pengabdian kepada Diri Sendiri (Nilai
Kemandirian)
Gerakan
ilmu juga dilakukan dalam rangka untuk keberlangsungan hidup diri-sendiri. Di sini gerakan
ilmu adalah juga merupakan satu bentuk atau wujud dari matapencaharian,
yang penting untuk keberlangsungan hidup diri-sendiri. Gerakan
ilmu merupakan aktivitas yang bisa dilakukan secara sendirian, sebagaimana
halnya ketika seseorang merenungkan masalah-masalah keilmuan tertentu.[3]
d. Etos Pengabdian kepada Sesama (Nilai Kekaderan)
Gerakan
ilmu harus bersifat sosial, yang mempunyai dampak terhadap kehidupan sesama manusia.[4] Dalam paradigma
pelajar berkemajuan, seorang pelajar yang memberikan bimbingan, mengajar, ceramah, memberikan
pelatihan, yang sifatnya cuma-cuma atau tidak menarik pembayaran dari orang yang
diberi ilmu.
e. Etos Pengabdian kepada
Semesta Alam (Nilai Kemasyarakatan)
Gerakan
ilmu mempunyai dampak terhadap kehidupan yang lebih luas lagi, yakni alam di sekeliling
manusia. Gerakan ilmu merupakan aktivitas keilmuan dengan dampak yang
paling luas.[5] Gerakan
ilmu pada dasarnya juga merupakan aktivitas
kemanusiaan. Pelajar berkemajuan ialah pelajar yang peduli terhadap kemanusiaan. Dalam
konteks pelajar, maka mereka yang paling dekat
dengan seorang pelajar adalah sesama pelajar. Inilah lingkungan sosial yang
utama, baik
dalam keluarga, sekolah, masjid, dan masyarakat.
[2] Transformasi sholat. Shalat seperti
sebuah proses perenungan dalam aktivitas keilmuan. Sholat adalah sebuah aktivitas ibadah yang penuh
perenungan.
[3] Transformasi
puasa. Puasa adalah sebuah
ibadah yang paling tersembunyi, yang dapat ditafsirkan sebagai sebuah ibadah yang sangat pribadi.
[4] Transformasi
zakat, yang juga berdampak pada kehidupan manusia lain. Zakat adalah kegiatan iba-dah yang
bersifat menguntungkan orang lain secara material, sedang untuk diri sendiri bersifat spiritual.
Transformasi zakat ini dalam kehidupan ilmiah
adalah pengajaran atau pemberian ilmu, yang kemudian akan menguntungkan orang lain yang diberi ilmu.