Gerakan Pelajar Berkemajuan (GPB) ialah gerakan pelajar yang menjadikan Islam sebagai dasar untuk merancang kemajuan peradaban.  Islam di sini dimaknai sebagai keseluruhan perangkat simbol yang berbasis pada Al Qur’an dan As-Sunnah.  Adapun, dasar-dasar paradigma Pelajar Berkemajuan adalah unsur-unsur yang ada di bawah garis pemisah antara yang eksplisit dengan yang  non-eksplisit, yaitu unsur (1) asumsi dasar; (2) etos/ nilai-nilai, dan (3) model.


 Asumsi Dasar tentang  Ilmu
Asumsi Gerakan Pelajar-Berkemajuan adalah gerakan ilmu, maka Asumsi di sini diawali dari bagaimana konsep ilmu IPM.
Asumsi Dasar
Hadharah al-Nash
Hadharalh al-Falsafah
Hadharah al-’Ilm
Sumber Ilmu
1. al-Qur’an dan al-Sunnah
- Experience (Pengalaman, Etika)
Realitas  alam, sosial, humanitas maupun keagamaan
2.  Ijma'
- Intuisi, dzauq
Pendekatan (Approach)
Bayani: Kebahasaan (lughawiyyah)
Irfani (psikognosis)
Burhani: Scientific, ilmiyah dan filosofis
a.  Hadharah al-Nash: Sumber ilmu untuk kemajuan peradaban yang berumber dari wahyu (agama), yakni al-Qur’an dan al-Sunnah al-Maqbullah. Dalam memahami teks menggunakan pendekatan bayani (bahasa),  maka peran akal hanya sebatas sebagai alat pembenaran atas teks yang dipahami. Bahasa merupakan perangkat yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan apa-apa yang dirasakan, dialami, kepada manusia yang lain. Ilmu  merupakan hasil dari kumpulan pengalaman dan pengetahuan manusia di masa yang lampau. Ilmu yang tersimpan dalam bahasa dapat kita anggap sebagai salah satu basis dari pengetahuan. Wahyu dalam Islam diyakini sebagai petunjuk, pengetahuan yang berasal dari Dzat Tertinggi, sampai kepada manusia melalui sarana bahasa.
b.  Hadharah al-’ilm: Sumber ilmu untuk kemajuan peradaban yang bersumber dari ilmu-ilmu kealaman (natural sciences) dan ilmu-ilmu kemasyarakatan (social sciences). Kebudayaan ilmu (hadharah al-‘ilm) dibangun atas kerja nalar burhani (rasional-argumentatif). Burhani adalah pengetahuan yang diperoleh dari indera, percobaan dan hukum-hukum logika. Dalam pendekatan ini teks dan realitas (konteks) berada dalam satu wilayah yang saling mempengaruhi. Teks tidak berdiri sendiri, ia selalu terikat dengan konteks yang mengelilingi dan mengadakannya sekaligus darimana teks itu dibaca dan ditafsirkan.  Realitas yang dimaksud mencakup realitas alam (kawniyyah), realitas sejarah (tarikhiyyah), realitas sosial (ijtima‘iyyah) dan realitas budaya (tsaqafiyyah). Oleh karena itu,  keempat pendekatan (sejarah, sosiologi, budaya dan antropologi) berada dalam posisi yang saling berhubungan secara dialektik dan saling melengkapi membentuk jaringan keilmuan.
c.  Hadharah al-Falsafah:  Sumber ilmu untuk kemajuan peradaban yang bersumber pada etika dan falsafah. Ilmu ini bersumber dari pengalaman spiritual yang sangat pribadi. Sehingga perlu Pendekatan ‘irfani, yaitu pendekatan pemahaman yang bertumpu pada instrumen pengalaman batin dan intuisi. Pendekatan ini untuk menyingkap dan menemukan rahasia pengetahuan melalui analogi-analogi. Dapat dikatakan, meski pengetahuan ‘irfani bersifat subyektif, namun semua orang dapat merasakan kebenarannya. Maka validitas kebenarannya bersifat intersubyektif dan peran akal bersifat partisipatif. Kedekatan kepada Tuhan yang transhistoris, transkultural dan transreligius diimbangi rasa empati dan simpati kepada orang lain secara elegan dan setara. Termasuk didalamnya kepekaan terhadap problem-problem kemanusiaan, pengembangan budaya dan peradaban yang disinari oleh pancaran fithrah ilahiyyah

- Designed by Azaki Khoirudin -