- Back to Home »
- IPM »
- GERAKAN PELAJAR BERKEMAJUAN
Gerakan pelajar
di Indonesia pada abad ke-20 memiliki peranan sentral dalam perkembangan
Indonesia. Saat itu, kaum terpelajar memiliki pengaruh yang cukup signifikan
baik secara intelektual, politik maupun birokratis. Ide-ide tentang kemajuan
dan perubahan yang dimiliki kaum intelektual muda saat itu cukup banyak memberikan
pengaruh terhadap kemajuan Indonesia. Sehingga, gerakan ini pun mendapatkan
respon positif dari masyarakat yang ditandai dengan lahirnya berbagai
perhimpunan semisal Budi Utomo, Jong Islameten Bond, dan gerakan
reformis-modernis seperti Muhammadiyah.
Kelahiran Muhammadiyah inilah pada 1912 menjadi cikal bakal
lahirnya Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Sebagai organisasi otonom Muhammadiyah,
IPM berperan dalam melakukan pemurnian dan menjaga ideologi pelajar dari
terpaan ideologi komunis yang marak disemaikan kala itu. Selain itu, kelahiran
IPM memiliki dua posisi strategis yakni pertama, IPM sebagai aksentuator
gerakan dakwah amar makruf nahi munkar Muhammadiyah di kalangan pelajar
(bermuatan pada membangun kekuatan pelajar menghadapi tantangan eksternal sosial
politik saat itu). Kedua, IPM sebagai lembaga kaderisasi Muhammadiyah yang
dapat membawakan misi Muhammadiyah di masa yang akan datang.
Dalam perkembangannya, IPM mendapatkan begitu
banyak tantangan dalam gerak langkahnya. Tantangan yang begitu berat ditemui di
tahun 1992 dimana saat itu pemerintah Orde Baru melakukan represi terhadap
gerakan pelajar di Indonesia, termasuk IPM yang mengharuskannya mengganti nama
dari IPM menjadi IRM. Meskipun mendapatkan pertentangan dari berbagai pihak
kala itu, IRM bagi sebagian kalangan dianggap sebagai blessing in disguise (rahmat yang tersembunyi). Setelah perubahan
nama ini IRM dapat memperluas jaringan dan jangkauannya tidak hanya pada
pelajar an sich, tetapi juga
menjangkau kalangan santri, anak jalanan, dan lain-lain.
Pasca perubahan nama tersebut, muncul kesadaran IRM untuk berperan
dalam mengagregasi perubahan pada tataran struktur dan sistem sosial. Sehingga
saat itu, lahirlah paradigma gerakan yang disebut Gerakan Kritis Transformatif
dengan tiga pondasi gerakan yakni penyadaran,
pembelaan dan pemberdayaan. Manifesto gerakan inilah yang kemudian
menginspirasi setiap aktivitas gerakan IRM saat itu. Hingga pada akhirnya di
tahun 2008, IRM kembali merubah nama menjadi IPM setelah melewati proses
dialektika yang sangat panjang.
Awalnya, perubahan nama ini dimaksudkan untuk mengembalikan
posisi strategis IRM dalam sebagai sebuah gerakan sosial dan mengembalikan IRM
ke “rumah”nya. Namun, dalam realitasnya setelah perubahan nama ini, dirasakan
terjadi degradasi yang begitu tajam dalam konteks gerakan. Ide tentang
perubahan dan kemajuan menjadi barang langka dalam tiap diskursus organisasi.
Posisi strategis pelajar menjadi tergerus oleh pemikiran banyak orang bahwa
pelajar hanyalah kelas sosial yang kesekian dan tidak mampu untuk menjadi
subjek perubahan. Kesalahan berpikir ini kemudian menular ke dalam internal
gerakan. Akhirnya muncul konsep Gerakan Pelajar Kreatif (GPK) yang digagas pada
Muktamar XVII di Bantul tahun 2010 mengindikasikan upaya formalisasi posisi pelajar
yang berorientasi akademik-individualistik dan menjauhkan pelajar dari realitas
sosialnya.
Olehnya itu, pada momentum Muktamar XVIII ini nampaknya IPM
mesti serius menyempurnakan paradigma gerakannya tidak hanya berfokus pada
program-program pengembangan diri an sich
tapi juga memainkan peran mengagregasi kepentingan dalam rangka perubahan
struktur dan sistem sosial. Gerakan IPM mesti dikembalikan pada khittah gerakan
pelajar yang seharusnya, gerakan yang memainkan posisi sentral pelajar sebagai
subjek perubahan. Di sinilah IPM mesti menegaskan dirinya sebagai Gerakan
Pelajar Berkemajuan (GPB).
GPB ialah gerakan pencerahan secara teologis merupakan refleksi
dari nilai-nilai transendensi, liberasi, emansipasi, dan humanisasi sebagaimana
terkandung dalam pesan Al-Quran Surat Ali Imran ayat 104 dan 110. GPB
mengembangkan pandangan dan misi Islam yang berkemajuan sebagaimana spirit awal
kelahiran Muhammadiyah tahun 1912 dan IPM tahun 1961. GPB membawa ideologi
kemajuan yang melahirkan pencerahan bagi kehidupan pelajar. Pencerahan (tanwir)
sebagai wujud dari Islam yang berkemajuan adalah jalan Islam yang membebaskan,
memberdayakan, dan memajukan dimana penggunaan akal pikiran dan ilmu pengetahuan
sebagai instrumen kemajuan, Sehingga GPB berorientasi pada pencerdasan, pemberdayaan
dan pembebasan, penjelasannya sebagai berikut:
a. Pencerdasan
Pencerdasan adalah upaya perubahan sosial melalui proses
dialog yang mencerdaskan dalam rangka mengentaskan kesalahan-kesalahan berpikir
yang selama ini menelikung para pelajar. Karena, mustahil ada perubahan ke arah
yang benar kalau kesalahan berpikir masih menjebak benak pelajar. Strategi persuasif-reedukatif ini dijalankan
lewat pembentukan sikap, opini dan pandangan pelajar mengenai realitas sosial
yang timpang di sekitarnya. Oleh karena itu, posisi idea; pandangan hidup, pandangan
dunia dan nilai-nilai memiliki posisi yang sentral. Karena, penyebab utama
perubahan adalah idea (ilmu). Idea
memberikan banyak pengaruh terhadap perkembangan masyarakat sebagaimana
Al-Qur’an yang melakukan perubahan sosial lewat idea.
Upaya pencerdasan diarahkan pada kesadaran bahwa pelajar
sebagai manusia dapat mempengaruhi perubahan sosial sehingga lahirlah
kepribadian inovatif. Kepribadian yang memandang realitas dengan kritis,
memiliki rasa ingin tahu/keterbukaan (inquisitive
mind) dan melahirkan kritik, mempertanyakan tentang dirinya dengan realitas
dunia sekitarnya dan keterlibatannya dalam mengubahnya menjadi lebih baik.
b. Pemberdayaan
Pemberdayaan lahir
dari hubungan tanpa dominasi antara orang yang akan melakukan pemberdayaan dan kaum pelajar. Hubungan
tanpa dominasi terwujud dari sikap dialogis dalam hubungan dan
komunikasi. Dialogis disertai dengan
sikap kerendahan hati. Dialog sendiri merupakan perjumpaan diantara manusia
dengan perantara dunia dan realitas. Hematnya, pemberdayaan melibatkan trilogi
antara dua manusia: pelaku pemberdayaan dan kaum
pelajar yang dipertemukan dalam
perantara dunia realitas.
Pemberdayaan
sendiri merupakan suatu bentuk pengorganisasian sumber daya untuk melakukan
perubahan, dengan mensyaratkan adanya sikap partisipatoris (sekaligus terlibat
sebagai peserta) pelaku pemberdayaan dengan kaum
pelajar. Ketentuan
selanjutnya adalah kesamaan ide dan opini mengenai realitas yang akan membantu
mendorong keterlibatan kolektif dalam perjuangan untuk perubahan kondisi yang
lebih baik.
c. Pembebasan
Islam sejatinya merupakan agama pembebasan. Kebenaran ini
dapat ditemui dalam konsep Tauhid sebagai inti ajaran Islam yang mengandung
dimensi pembebasan. Pembebasan yang dimaksud di sini adalah dupaya yang terintegrasi
dan terkoordinir dalam rangka membebaskan kaum pelajar yang dari segala bentuk
penindasan (intelektual), yang terlemahkan dalam pikiran dan
termarjinalisasikan secara personal, kultural dan struktural dalam bingkai teologi
transformatif Muhammadiyah, yakni teologi Al-Ma’un.
Pembebasan dilakukan lewat proses keterlibatan secara
langsung dalam upaya mewujudkan transformasi sosial. Keterlibatan ini dilakukan
lewat proses mengagregasi
kepentingan melalui pembentukan suatu program kebijakan yang didasarkan atas
serangkaian kepentingan dan pandangan yang dipahami oleh IPM; serta
mengartikulasikan kepentingan, dengan mengekspresikan dan mempublikasikan
berbagai kebijakan yang dimaksudkan untuk mempengaruhi kebijakan stake holder (pemegang otoritas).
Dari ketiga karakteristik gerakan yang disebutkan di atas,
menegaskan bahwa Ikatan Pelajar Muhammadiyah merupakan Gerakan Pelajar
Berkemajuan. GPB membawa misi pencerahan dalam mewujudkan masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya yang menjadi tujuan Muhammadiyah. Dimana di dalam masyarakat
terdiri dari pribadi pelajar muslim yang sebenar-benarnya.
STRATEGI GERAKAN PELAJAR
BERKEMAJUAN
1. Strategi Gerakan Keislaman
IPM merupakan sebuah gerakan Islam dakwah amar ma’ruf nahi mungkar di kalangan
pelajar. Islam dengan Tauhid sebagai substansi ajarannya mengandung nilai-nilai
kemajuan untuk mewujudkan kehidupan manusia yang tercerahkan. Dalam pandangan
IPM, Islam merupakan agama yang berkemajuan yang bersifat rahmatan lil alamin. Berasal dari pandangan inilah, IPM berupaya
mewujudkan Islam yang memiliki misi profan (misi keadilan) dan pencerahan
sebagai jalan Islam yang membebaskan, memberdayakan dan memajukan kehidupan
dari segala bentuk keterbelakangan, ketertindasan, kejumudan dan ketidakadilan
hidup umat manusia.
Untuk menegaskan IPM sebagai sebuah gerakan pelajar
berkemajuan, maka internalisasi nilai-nilai Islam Berkemajuan ke dalam diri
kader dan gerakan menjadi sesuatu yang wajib. Karena, hal ini menentukan
efektifitas gerakan IPM dalam mewujudkan cita-citanya. Maka, untuk membentuk
pemahaman tersebut dilakukan beberapa tahap sebagai berikut :
1.
Membangun tradisi pengkajian Islam Berkemajuan di tiap level
pimpinan
2.
Mendistribusikan wacana Islam Berkemajuan secara massif baik
di internal maupun eksternal organisasi
3.
Menciptakan forum transformasi pengetahuan mengenai Islam Berkemajuan
melalui media massa –cetak maupun elektronik- kepada khalayak publik/pelajar.
2. Strategi Gerakan Intelektual
IPM adalah gerakan intelektual diidealkan mempunyai karakter
keilmuan kritis-transformatif, pro perubahan kapan dan dimana pun berada.
Karakter intelektual yang tidak hanya mempunyai ciri berfikir dan bertindak
secara ilmu-iman-amal, iman-ilmu-amal,
amal-ilmu-iman serta hanya berorientasi pada ranah developmentalisme an sich. Namun meneguhkan diri sebagai
gerakan keilmuan yang mencerahkan yang bersifat humanis, liberalis, dan
transenden. Gerakan yang tidak hanya sampai pada tataran teoritik namun juga
berperan dalam mewujudkan perubahan sosial lewat proses pencerdasan serta mengadvokasi
segala kepentingan basis massanya, yakni pelajar.
Untuk mewujudkan strategi gerakan itu, IPM dapat melakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Membudayakan membaca sebagai aktifitas wajib bagi para kader
IPM
2.
Melatih berfikir filosofis dan mendalam dengan menciptakan
ruang-ruang dialektika, diskusi dan sharing sebagai proses pencerdasan dan pencerahan.
3.
Melakukan transformasi idea/gagasan melalui media massa
ataupun media alternatif, baik cetak (koran, bulletin, dll.) maupun elektronik
(website, blog, situs jejaring sosial, dll).
4.
Merefleksikan pemikiran dan pengalaman-pengalaman lapangan
sebagai upaya pembaruan dan pengembangan ilmu pengetahuan.
3. Strategi Gerakan Kader
IPM merupakan gerakan kader, sehingga kaderisasi merupakan
tugas utama IPM dalam rangka menyemaikan nilai-nilai gerakan pada setiap kader
dan juga merupakan instrumen paling vital dalam ikatan. Dengan mengintensifkan
kaderisasi yang efektif, sistematik dan berorientasi futuristik diharapkan
mampu menjawab tantangan zaman yang semakin kompleks. Dalam kaderisasi yang
ideal inilah nilai-nilai gerakan Pelajar Berkemajuan dapat terus disemaikan.
Sehingga dalam merealisasikan cita-cita ideal diatas maka dibutuhkan strategi
gerakan yaitu :
1.
Optimal dalam menerapkan pengkaderan dalam setiap tingkatan
2.
Memperbanyak aktivitas-aktivitas perkaderan baik formal
maupun informal
3.
Mengintensifkan pendampingan dan pemberdayaan kader melalui
komunitas-komunitas berdasarkan bakat dan minatnya.
4. Strategi Gerakan Kemandirian
Model gerakan kemandirian merupakan hal yang belakangan ini
dilupakan oleh kalangan Muhammadiyah. Padahal, dulunya KHA Dahlan pendakwah
yang mandiri (intrepreneur). Olehnya itu, etos kemandirian lewat jiwa
intrepreneuship harus diinternalisasi ke dalam diri pelajar. Hal ini dilakukan
lewat proses pendayagunaan segala potensi, kreatifitas dan keterampilan pelajar
untuk mewujudkan wirausaha muda yang mandiri (youngpreneur). Strategi yang mesti dilakukan untuk mewujudkan hal
tersebut yakni :
1.
Mengadakan forum-forum diskusi tentang dunia kewirausahaan
2.
Menghidupkan dan menumbuhkembangkan koperasi sekolah serta
mendorong lahirnya usaha ekonomi kreatif yang dapat dijalankan oleh pelajar
3.
Memberikan ruang bagi lahirnya wirausaha pelajar yang mandiri
5. Strategi Gerakan Advokasi
Sebagai sebuah gerakan sosial, IPM berkeinginan mewujudkan
tatanan sosial yang kondusif bagi perkembangan hidup kaum pelajar. Upaya untuk
mewujudkan hal tersebut dilakukan melalui
proses mengaggregasi dan mengartikulasikan kepentingan dan pandangannya
untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah. Proses ini terdiri dari beberapa tahap
yakni :
1.
Terlibat aktif dalam realitas pelajar untuk menemukan problem
sosial yang terjadi serta memetakan penyebab dan stake holder yang terkait sehingga IPM dapat menentukan posisinya.
2.
Melakukan proses pencerdasan kepada kaum pelajar untuk
menggalang kesadaran kolektif serta memberikan penyadaran akan realitas yang
timpang dan posisinya sebagai subjek perubahan yang mampu mempengaruhi
terjadinya transformasi sosial.
3.
Melakukan propaganda (memprovokasi
kesadaran sosial pelajar) lewat gagasan-gagasan IPM terhadap realitas yang ada
melalui media massa maupun media alternatif, baik cetak (koran, bulletin,
pamflet, dll.) maupun elektronik (website, blog, situs jejaring sosial, dll).
4.
Merespon setiap wacana-wacana sosial yang berkaitan dengan
pelajar
5.
Melakukan aksi-aksi advokatif-persuasif untuk memperjuangkan
kepentingan pelajar.
AGENDA
AKSI
1. Kajian Islam Rutin (KIR)
Pengertian
Kajian
Islam Rutin atau disingkat KIR adalah kegiatan yang sifatnya reguler (rutin)
dan mengkaji Islam dan segala yang terkait dengannya yang diadakan oleh
pengurus IPM atau komunitas pelajar Muhammadiyah / Non Muhammadiyah. Kegiatan
ini diadakan sebagai penyemaian dan penguatan nilai-nilai Islam Berkemajuan dan
rahmatan lil alamin di kalangan
pelajar.
Tujuan
Mewujudkan
pribadi-pribadi kader Muhammadiyah yang memiliki wawasan keislaman yang kritis
dan berkemajuan serta rahmatan lil
alamin.
Target
1.
Terwujudnya pribadi-pribadi pelajar yang sesuai dengan maksud
dan tujuan IPM yang tercermin lewat sikap dan tindakannya dalam kehidupan
sehari-hari
2.
Para pelajar memiliki dan mampu mentransformasikan wawasan
keislaman yang kritis dan berkemajuan serta bersifat rahmatan lil alamin
Waktu
dan Tempat
1.
Waktu kegiatan bisa diadakan setiap pekan atau dua pekan
sekali. Semua tergantung kesepakatan peserta kajian atau PR IPM setempat.
2.
Untuk tempat bisa diadakan di masjid sekolah ataupun
tempat-tempat lain yang disepakati.
Penyelenggara
Pimpinan IPM / komunitas
pelajar setempat
Materi
Materi-materi yang diberikan
adalah paham Islam menurut Muhammadiyah mulai dari Aqidah, Ibadah, Akhlak, dan
Muamalah Duniawiyah antara lain, misalnya :
1.
Islam sebagai Agama Rahmatan Lil ‘Alamin
2.
Memahami Islam Berkemajuan
3.
Cara Berislam yang Berkemajuan dalam Perspektif Pelajar
4.
Memahami Akidah yang Membumi di Kalangan Pelajar
5.
Fiqh Praktis untuk Pelajar
6.
Islam Menjawab Realitas Sosial
Metode
dan Teknik Pengelolaan
1.
Kegiatan ini dapat dikoordinir oleh Pimpinan IPM atau
beberapa orang yang berinisiatif untuk membentuk komunitas kajian di
sekolahnya.
2.
Mengadakan kajian setiap satu atau dua pekan sekali
3.
Pertemuan bisa dilakukan di masjid sekolah, kelas ataupun
tempat-tempat lain yang disepakati oleh komunitas kajian.
4.
Menghadirkan narasumber / ustadz untuk membahas satu topik
tertentu yang telah ditentukan sebelumnya, yang diawali dengan aktivitas
mengaji.
5.
Menghadirkan hidangan sederhana dan infaq yang diambil dari
peserta kajian untuk operasional kajian.
Penutup
Demikian panduan KIR ini
semoga bisa bermanfaat dan menjadi panduan dalam melaksanakan kegiatan.
2. Gerakan Komunitas Lingkar Ilmu
Pengertian
Gerakan
Komunitas Lingkar Ilmu adalah aktivitas rutin dalam bentuk kajian, diskusi atau
sharing yang diselenggarakan oleh
pengurus IPM atau komunitas pelajar Muhammadiyah / Non Muhammadiyah sebagai
upaya pencerdasan dan pencerahan menuju pelajar yang berkemajuan. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk memperluas khasanah keilmuan kader sekaligus melatih berfikir
kritis, filosofis dan radikal.
Tujuan
Mewujudkan
kader-kader IPM yang memiliki pengetahuan yang luas dan mampu berpikir kritis,
filosofis dan radikal.
Target
1.
Terwujudnya pelajar-pelajar Muhammadiyah yang berilmu,
berfikir kritis, filosofis dan radikal sesuai dengan maksud dan tujuan IPM
2.
Para pelajar memiliki dan mampu mentransformasikan wawasan
keilmuan yang kritis dan berkemajuan dalam rangka menjalankan misi pencerdasan
dan pencerahan.
Waktu
dan Tempat
1.
Waktu kegiatan bisa diadakan setiap pekan atau dua pekan
sekali. Semua tergantung kesepakatan anggota komunitas tersebut.
2.
Untuk tempat bisa diadakan di sekolah ataupun tempat-tempat
lain yang disepakati.
Penyelenggara
Pimpinan IPM / komunitas
pelajar setempat
Materi
Materi-materi yang dikaji
disesuaikan dengan karakteristik/identitas komunitas ataupun berdasarkan pada
kesepakatan anggota komunitas.
Metode
dan Teknik Pengelolaan
1.
Kegiatan ini dapat dikoordinir oleh Pimpinan IPM atau
beberapa orang yang berinisiatif untuk membentuk Komunitas Lingkar Ilmu di
sekolahnya.
2.
Mengadakan kajian, diskusi ataupun sharing setiap satu atau dua pekan sekali
3.
Pertemuan bisa dilakukan di sekolah ataupun tempat-tempat
lain yang disepakati oleh komunitas.
4.
Menghadirkan narasumber untuk membahas satu topik tertentu
yang telah ditentukan sebelumnya jika dibutuhkan.
Penutup
Agenda aksi ini bertujuan
untuk menggirahkan tradisi keilmuan dalam gerakan IPM. Selain itu, upaya ini
merupakan wujud atas penegasan identitas IPM sebagai sebuah gerakan intelektual
dalam menjalankan misi pencerahan, pencerdasan dan pembebasan. Jika aktivitas
ini senantiasa menggelora dalam tubuh ikatan, maka cita-cita untuk mewujudkan pelajar muslim yang berilmu bukanlah hal
yang mustahil.
3. Sekolah Kader Progresif
Pengertian
Sekolah Kader Progresif
merupakan
suatu proses pendidikan yang disusun secara terpadu meliputi pencerdasan, pemberdayaan, dan pembebasan terhadap kader IPM.
Kegiatan ini berlangsung dalam jangka waktu tertentu setelah perkaderan formal
Taruna Melati I dan II. Untuk alumni Taruna Melati III dan Taruna Melati Utama
tidak ada karena diharapkan langsung mampu berkiprah dalam kancah yang lebih
luas.
Alasan lain adalah, karena letak geografis yang cukup luas sehingga bisa
mengakibatkan ketidakefektifan kegiatan. Selain itu, jika alumni TM I dan TM II
masih “dipikirkan”, maka alumni TM III dan TM Utama harus sudah “memikirkan”.
Karena itulah, alumni TM III dan TM Utama tidak ada sekolah kader.
Tujuan
Terbentuknya kader pelopor, ideologis, serta progresif yang memiliki komitmen
dan loyalitas tinggi terhadap ikatan, berwawasan luas, berlandaskan akidah
Al-Qur’an dan As-Sunnah, serta mampu menjadi penggerak inti organisasi dan
pelangsung tongkat estafet kepemimpinan IPM demi terwujudnya masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya.
Target
a. Terbentuknya kader
berparadigma kritis terbuka, scientific (berpengetahuan), dan hati suci.
b. Terbentuknya kader
ideologis yang progresif dan siap melanjutkan
tongkat estafet kepemimpinan dan pergerakan.
c. Mampu menyelesaikan
permasalahan yang terjadi di internal organisasinya dan mengambil alih
kepemimpinan jika stagnan, demi sinergisitas pemimpinan.
d. Terciptanya kader yang
memiliki penguasaan materi tentang keislaman, keilmuan, dan advokasi lapangan.
e. Terwujudnya kader
kritis-transformatif yang mampu melakuan counter hegemony dan proteksi
terhadap ideologi lain yang mengancam eksistensi IPM.
Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat penyelenggaraan setidak-tidaknya bejalan selama setengah
periode (satu tahun). Kajian bisa diadakan setiap sepekan atau dua pekan sekali
pada sore hari, dengan alokasi waktu maksimal dua jam (120 menit). Namun
masing-masing tingkatan berwenang dalam menentukan waktunya dengan tetap
mencapai tujuan-tujuan dari sekolah kader
Sasaran Peserta
Peserta dibatasi maksimal 30 orang agar proses pembelajaran dapat berjalan
dengan efektif dan efisien dan termasuk salah satu pendidikan partisipatoris.
Ketigapuluh peserta tersebut diharapkan memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Alumni Pelatihan Kader
Taruna Melati I atau II.
b. Aktif di IPM
setidak-tidaknya untuk satu periode ke depan.
c. Mempunyai komitmen untuk
mengikuti pelatihan secara penuh.
Penyelenggara
Korp
Fasilitator
PD IPM dan PC IPM yang telah dibentuk oleh PD IPM dan PC IPM.
Materi-Materi
Materi-materi yang akan diberikan dalam sekolah kader progresif ialah seputar ideology
gerakan Muhammadiyah dan IPM. Berikut ini panduan yang bisa dijadikan pegangan
oleh para penyelenggara:
No
|
Topik
|
1
|
Pengenalan Diri: Studi Kritis Konsepsi tentang Manusia, Tuhan, dan Alam Semesta
|
2
|
Hakikat agama dan hakikat Islam
|
3
|
Islam Transformatif
|
4
|
Ideologi Gerakan Muhammadiyah: Keputusan-keputusan Muhammadiyah
|
5
|
Keputusan-keputusan Tarjih Muhammadiyah
|
6
|
Muqaddimah dan Kepribadian IPM
|
7
|
Strategi Perjuangan dan Agenda Aksi IPM
|
8
|
Pemikiran KH. Ahmad Dahlan
|
9
|
Pendidikan
Kritis
|
10
|
Kajian Budaya Pop
|
11
|
Ideologi & Metodologi ANSOS
|
Petunjuk Teknis Pengelolaan
a. Sekolah kader progresif merupakan follow up dari
perkaderan formal. Karena itu, tidak ada kateogorisasi pra, pelaksanaan, maupun
pasca-kegiatan. Kegiatannya hanya rutinitas pengelolaan dan pendampingan
terhadap kader, yang nantinya mampu meneruskan tonggak estafeta kepemimpinan
IPM.
b. Mekanisme pembelajaran
bisa dilakukan dengan dua cara, forum besar dan forum kecil. Jika forum besar,
maka mendatangkan seorang pembicara dan dipandu oleh seorang moderator.
c. Setelah sesi ceramah
berlangsung, diadakanlah sesi tanya jawab dan dialogis-partisipatoris.
d. Sedangkan jika forum
kecil, ada dialog-dialog aktif yang dipadu oleh seorang pendamping dari korp fasilitator.
e. Diharapkan dua metode ini
selalu bergantian dalam setiap kali pertemuan. Jika pertemuan pertama forum besar, maka pada pertemua
kedua forum kecil, begitu selanjutnya.
Contoh penjadwalan waktu materi sekolah kader:
Waktu
|
Materi
|
|
Bulan I
|
Pekan I
|
Ta’aruf, Orientasi &
Kontrak Belajar
|
Pekan II
|
Pengenalan Diri: Studi
Kritis Konsepsi tentang Manusia, Tuhan dan Alam Semesta
|
|
Pekan III
|
Hakikat agama dan
hakikat Islam
|
|
Pekan IV
|
Islam Transformatif
|
|
Bulan II
|
Pekan I
|
Ideologi Gerakan
Muhammadiyah
|
Pekan II
|
Keputusan-keputusan
Tarjih Muhammadiyah
|
|
Pekan III
|
Muqaddimah dan
Kepribadian IPM
|
|
Pekan IV
|
Strategi Perjuangan dan
Agenda Aksi IPM
|
|
Bulan III
|
Pekan I
|
Falsafah Perjuangan KH.
Ahmad Dahlan
|
Pekan II
|
Pendidikan Kritis
|
|
Pekan III
|
Kajian Budaya Pop
|
|
Pekan IV
|
Ideologi &
Metodologi ANSOS
|
Metode dan Teknik Pengelolaan
a.
Metode Pengelolaan
Sekolah
Kader Progresif menggunakan metode gabungan antara andragogi dan dialogis.
b.
Teknik Pengelolaan
- Diskusi
- Brainstorming (olah pikir)
- Dinamika kelompok
- Mentoring (Pendampingan)
- Case Study
Penutup
Demikian panduan pelaksanaan sekolah kader progresif ini dibuat dengan harapan mampu menjadi pegangan
praktis bagi anggota dan pimpinan IPM di seluruh level. Keberhasilan sebuah
program tidak lain karena partisipasi seluruh pihak, termasuk keberhasilan dari
sekolah kader ini tidak akan terwujud tanpa peran serta dan aksi PD IPM dan PC
IPM hingga PR IPM di seluhuh Indonesia.
4. Gerakan Iqra’ dan Advokasi Media
Pengertian
Gerakan Iqra' dan advokasi media
adalah gerakan pembudayaan tradisi membaca dan menulis kepada kader Ikatan
Pelajar Muhammadiyah di seluruh tingkatan. Juga merupakan langkah advokasi
pelajar lewat tulisan yang disampaikan lewat media alternatif ataupun media
massa baik cetak maupun elektronik.
Orientasi
Membangun tradisi keilmuan-kritis
berkemajuan dalam gerakan IPM.
Tujuan
1. Mewujudkan tradisi membaca dan menulis dalam
diri kader dan gerakan IPM
2.
Menciptakan
ruang diskursus untuk menanggapi segala wacana yang berkembang di masyarakat
sehingga kader IPM dapat menciptakan momentum dan atau memanfaatkan momentum
3. Mewujudkan pembacaan kritis kader terhadap
persoalan di sekitarnya sehingga kader IPM dapat menjawab ragam persoalan yang
ada
4. Mewujudkan kader IPM yang peka dan kritis
terhadap realitas
5. Mewadahi minat dan potensi kader untuk
mengasah dan mengembangkan IPTEK
Bentuk Aksi
1.
Membudayakan
membaca dan menulis sebagai aktivitas wajib bagi setiap kader
2.
Kajian
tematik komunitas sebagai ruang eksplorasi dan
elaborasi tentang tema aktual di masyarakat, yang kemudian hasil diskusi
dituangkan dalam tulisan.
3.
Menyelenggarakan
pelatihan-pelatihan untuk merangsang motivasi kader dalam
hal baca-tulis seperti, Pelatihan Jurnalistik, Writing Workshop, kursus bahasa asing, pelatihan debat, Pelatihan
Metode Penelitian dan lain sebagainya.
4.
Menciptakan
komunitas kreatif untuk mengaktualisasikan potensi
kader serta meningkatkan motivasi berkarya seperti Komunitas Pelajar Ilmiah
(KPI), Komunitas Pencinta Cerpen, Komunitas Pencinta Sastra dan sebagainya.
5.
Melakukan advokasi lewat media massa
dalam rangka menjawab ragam persoalan yang dihadapi oleh pelajar.
6.
Mengintensifkan upaya transformasi
idea gerakan IPM kepada publik melalui mass
media baik media cetak, elektronik ataupun media organisasi (website IPM,
bulletin, dll).
7.
Mengadakan lomba-lomba sebagai ajang menyalurkan
kemampuan dan ketrampilan dari hasil pelatihan atau baca-tulis kader, seperti lomba
karya tulis ilmiah, olimpiade matematika, fisika dan bidang studi lainnya,
lomba penulisan cerpen/novel serta kegiatan-kegiatan kompetisi lainnya dalam
rangka menggairahkan motivasi berkarya dan berprestasi di bidang keilmiahan dan
studi. Sekaligus sebagai syiar IPM.
8.
Mengembangkan pembinaan dan bimbingan belajar/studi bagi
pelajar untuk meningkatkan prestasi studi, bimbingan belajar dapat dilakukan
dengan pembentukan kelompok belajar di tingkat Ranting dan cabang dengan
ditambah pembinaan orientasi studi, serta pembekalan metode belajar efektif.
Selain itu dapat dilakukan dengan menjalin kerjasama atau membentuk lembaga
bimbingan belajar.
9.
Menggiatkan peningkatan kemampuan berbahasa asing, terutama
Arab dan Inggris serta penguasaan komputer melalui kegiatan yang representatif.
10.
Memanfaatkan kemajuan teknologi (Facebook, Twitter, Blog,
dll.) sebagai instrumen dalam memassifikasikan nilai-nilai gerakan IPM kepada
publik.
Peserta
Seluruh kader/pimpinan dari ranting
hingga pimpinan pusat dan diutamakan kader/ pimpinan ditingkat cabang dan
ranting.
Penyelenggara
Pimpinan IPM setingkat.
Penutup
Gerakan Iqra’ dan Advokasi Media ini
merupakan sebuah reformasi gerakan dalam organisasi IPM. Disebut reformasi
gerakan karena tradisi baca-tulis yang hendak dibangun tidak hanya berorientasi
pada pengembangan potensi semata namun juga dimanfaatkan untuk bisa
mengadvokasi segala kepentingan pelajar dan juga memberikan pencerahan kepada
khalayak publik. Sehingga IPM mampu menjadi gerakan alternatif yang menunjukkan
peran dan konstribusi terhadap basis massanya, yakni pelajar. Jikalau sudah
demikian adanya, maka harapan IPM sebagai The
Chosen Organization tak lagi menjadi sekedar impian belaka.
5. Gerakan Komunitas Kreatif
Pengertian
Gerakan
Komunitas Kreatif adalah sebuah proses menumbuhkan kreatifitas dan motivasi
berkarya dalam frame kritis-transformatif yang berkemajuan sekaligus proses
pendampingan dan pemberdayaan potensi yang dimiliki oleh seorang kader.
Sehingga proses pendampingan yang ada dapat berjalan secara dinamis, aspiratif
dan menyenangkan. Gerakan ini lahir untuk mewarnai proses pendampingan kader
pasca pengkaderan sehingga proses pendampingan tidak bersifat monoton. Selain
itu, komunitas ini dapat dijadikan sebagai wadah penguatan internalisasi
nilai-nilai Islam Berkemajuan dalam diri kader. Komunitas itu sendiri merupakan
kumpulan dari beberapa orang yang memiliki kecenderungan bakat dan minat yang
sama (homogen) sebagai wadah untuk mengembangkan potensinya.
Tujuan
Mewujudkan
kader-kader yang kreatif dan memiliki motivasi berkarya yang tinggi serta mampu
menjadi lakon dalam perjuangan mewujudkan cita-cita gerakan.
Target
1.
Terwujudnya kader-kader yang kreatif dan memiliki motivasi
berkarya yang tinggi
2.
Terwujudnya kader penggerak yang mampu menjadi pelopor dan
pelangsung serta penyempurna amanah ikatan.
3.
Lahirnya karya-karya dari komunitas-komunitas kreatif yang
ada dalam bingkai Islam Berkemajuan
Metode
dan Teknik Pengelolaan
1.
Komunitas dapat dibentuk setelah pelaksanaan PKTM I sebagai
alternatif pendampingan / follow up.
2.
Komunitas dibentuk berdasarkan kecenderungan bakat dan minat
anggota
3.
Mengadakan pertemuan sepekan atau dua pekan sekali tergantung
dari kesepakatan anggota komunitas
4.
Komunitas yang ada dapat dikoordinir oleh Pimpinan IPM baik
Cabang ataupun Daerah.
5.
Komunitas sifatnya organisasi kultural sehingga tak ada
pemimpin dan yang dipimpin, semuanya mempunyai peran dan posisi yang sama.
6.
Dalam aktivitasnya, komunitas melakukan kegiatan yang
berkaitan dengan identitasnya dan juga tetap melakukan transformasi nilai-nilai
gerakan IPM.
Penutup
Gerakan ini merupakan salah
satu upaya untuk memberikan ruang bagi kader IPM dalam mengelaborasi dan
mengembangkan potensinya. Sehingga IPM mampu memberikan ruang dan manfaat bagi
para kadernya dan dengan sendirinya semangat mereka akan tumbuh untuk
senantiasa mengawal dan aktif dalam berbagai kegiatan di IPM. Olehnya itu,
dibutuhkan peran dari semua pihak agar gerakan ini dapat dimassifikasikan ke
seluruh tingkatan pimpinan.
6. Gerakan Pelajar Mandiri
Gerakan
Pelajar Mandiri adalah bentuk dari etos kemandirian pelajar Muhammadiyah yang
mesti dikawal secara bersama. Hal ini dianggap sangat urgen mengingat
kemandirian merupakan keniscayaan yang mesti diupayakan dalam diri setiap kader
IPM untuk mewujudkan pelajar Indonesia yang berkemajuan.
Tujuan
1.
Terwujudnya pelajar yang memiliki etos mandiri dan spirit
kemajuan
2.
Memberikan modal pengetahuan mengenai kewirausahaan
3.
Pengembangan kegiatan inovatif kreatif yang berorientasi pada
internalisasi nilai-nilai kemandirian wirausaha pelajar
Target
Menumbuhkembangkan etos kemandirian
pelajar Muhammadiyah lewat berwirausaha serta melakukan pemberdayaan terhadap
potensi kreatifitas pelajar dalam rangka pengembangan unit usaha pelajar
Bentuk
Aksi
1.
Terbentuknya unit-unit usaha mandiri yang bisa membantu
keuangan pimpinan pada setiap levelnya, seperti koperasi pelajar, dll.
2.
Terciptanya kelompok-kelompok usaha perorangan yang dikelola
secara mandiri oleh pelajar
3.
Membangun jejaring IPM dengan lembaga-lembaga yang tidak
mengikat
4.
Mengadakan pelatihan-pelatihan entrepreneurship
Sasaran
PR IPM sampai PP IPM
Penyelenggara
PR IPM sampai PP IPM
Penutup
Pelajar merupakan komunitas
yang terstruktur dalam keilmuan dan memiliki segudang potensi yang belum
terberdayakan secara maksimal. Olehnya itu, gerakan ini memberikan ruang bagi
pelajar untuk mengeksplorasi segala potensi kreatifitas dan inovasinya menuju
pelajar yang berkemajuan.