- Back to Home »
- INTERNALISASI, DIVERSIFIKASI & EKSTERNALISASI RELASI GERAKAN
“ Dunia memberi ruang pada
orang yang kata-katanya dan perbuatannya mencerminkan ia tahu mau kemana ” Napoleon
Hill.
Heroisme
sebuah gerakan terjadi dalam ranah kultur nilai dan kemampuan improvisasi
ide-gagasan dalam ruang individu (personal) dibawa kepada ruang umum (public)
yang membawa maslahat dan perubahan. Gerakan maupun organisasi yang lahir dalam
lingkup social adalah basis perjuangan yang mengangkat spirit perubahan realitas
social menjadi sebuah transformasi gerakan yang massif dikalangan masyarakat.
Sejarah
Ikatan Pelajar Muhammadiyah sudah membuktikan lebih kurang setengah abad yang
lalu bahwa kepentingan public adalah diatas semua keinginan personal dalam
struktur. Ide yang diusung dan tujuan yang dilakukan adalah bagaimana menjadi
benteng kokoh bagi pertahanan ideology komunis yang menjadi trend karena
politisasi penguasa saat itu. Kurun waktu yang sudah lama sejak berdiri itulah
sebenarnya tonggak pondasi dalam menguatkan internal ikatan menjadi sebuah
nilai personal yang pada akhirnya menjadi panah zaman dalam menjawab persoalan
yang muncul dilingkungan persyarikatan.
Ada
hal yang harus menjadi catatan adalah bahwa internal gerakan maupun organisasi
membutuhkan stimulan dalam mengaitkan fragmentasi pemikiran dan niatan ditubuh
gerakan. Ketulusan dan kejujuran adalah modal penting menjadi uswah gerakan
khususnya dikalangan pelajar yang sudah mulai kering dan miskin moralitas.
Sudah menjadi barang mahal dan haram untuk menjadi pribadi yang unggul,
sporadisme gempuran nilai amoral yang ditunjukan public figure menjadi frame
kesnangan hidup.
Internalisasi Nilai Gerakan
Catatan
kritisnya dari nilai internal gerakan adalah sudah sejauh mana elite gerakan
menjadikan spirit perjuangan dan aplikasi program gerakan? Ini menjadi penting
jika dibenturkan pada keadaan gerakan yang menjadi sublime dari perubahan
nomenklatur gerakan. Substansi yang terkandung dan semangat ideologisasi islam
dalam gerakan yang termanifest dalam semangat amar ma’ruf nahi munkar adalah
membangun kesetaraan dan keadilan gerakan. Artinya, kebenaran harus dilihat
menjadi sebuah harga mati dalam perjuangan, bukan dijadikan wilayah abu-abu.
Begitupun sebaliknya kemunkaran yang diperangi oleh IPM adalah kebodohan
sistemik dan kemiskinan nilai gerakan personal.
Kompleksitas
masalah pelajar bukan hanya pada kebijakan yang dilakukan oleh Negara, system
social masyarakat, budaya massa, miskin karya, kemalasan dan dideranya sebuah
kejumudan pemikiran. Sebenarnya future yang diambil oleh Ikatan Pelajar
Muhammadiyah adalah kemampuan menjawab tantangan zaman dalam meretas gerakan
dengan re-internalisasi nilai. Konstruk dan paradigma yang ada haruslah dirubah
menjadi tataran basis gerakan bukan structural gerakan.
Kurun
waktu setengah abad ada dua jargon IPM yang sempat populer (kini pudar) yakni
prinsip 3T (tertib ibadah, tertib belajar, tertib berorganisasi) dan 3P
(penyadaran, pembelaan, pemberdayaan). Pernahkah selama ini secara cultural dan
structural ada alat verifikasi yang bisa dijadikan landasan mengevaluasi dua
jargon tersebut dalam gerakan IPM yang bisa dilihat dengan mata telanjang
adalah terlahirnya generasi perubahan. Hipotesa apa yang bisa kita lakukan
untuk membuat catatan manis gerakan? Monggo bisa dikaji bersama.
Diversifikasi Gerakan
Istilah
jago kandang bukan hanya ada dalam pertandingan sepak bola. Melakukan perluasan
gerakan yang nota bene basis pelajar tidak hanya ada disekolah Muhammadiyah
saja. Artinya, masih adanya disintegrasi antara OSIS disekolah negeri dan IPM
disekolah Muhammadiyah belum ada formula khusus yang mampu menjadikan IPM
melekat disekolah negeri. Bahkan hingga kini eksistensi IPM disekolah masih
banyak terjadi persoalan antara OSIS dan IPM. Ini menjadi menarik namun adalah
persoalan klasik yang belum selsai dari jenjang ranting hingga pusat.
Fase
gerakan selama ini belum dilakukan, padahal paradigma fase tiap generasi itu
berbeda namun mampu dibaca dari gejala gerakan yang muncul dengan menafsirkan
kebutuhan dan persoalan masa depan. Fase dan frase gerakan harus disatukan
menjadi elemen tersendiri yang akan menjadi paduan pembangunan gerakan dan
evaluasi gerakan disetiap periodisasi. Selama ini yang dibuat adalah fase dalam
permusyawaratan ditiap jenjang bukan fase gerakan dalam menjawab masa depan
pelajar.
Eksternalisasi & Relasi Gerakan
Ruang
publik saat ini menjadi gempuran berbagai macam ideology, ekonomi maupun
politik termasuk ranah gerakan. Kemampuan sebuah gerakan mempublikasi dan
membangun relasi adalah bentuk trust (kepercayan) kemampuan analisa gerakan
memberikan solusi dan gagasan perubahan.
Selama
ini Poros Pelajar (IPM, IPNU, IPPNU, PII) yang digagas IPM yang menjadi partner
utama gerakan pelajar di Indonnesia adalah lingkup persaudaraan. Pesatnya
perkembangan zaman menjadikan IPM haarus lebih mampu membaca gejala kebutuhan
dan penyelsaina masalah pelajar. Maka ada stake holder yang harus dibangun dan
diintegrasikan dalam naungan nilai gerakan IPM. Hubungan yang dibangun dalam
sebuah gerakan akan menjadi endorsement yang lebih sebagai civil society.
Namun,
IPM sebagai gerakan jangan terlibat dalam relasi yang bersifat korporasi yang
sebenarnya tidak memiliki nilai perjuangan tapi material. Gerakan pelajar masih
bbelum mampu membangun kemandirian sehingga jika terbangun relasi dengan
lembaga-lembag donorpun harus yang memilki garis ideology dan perjuangan yang
selama ini ada dalam IPM. Pragmatisme yang menggema dalam gerakan dengan
sendirinya akan tumpul.
Kekuatan
capital itu akan jauh lebih menggiurkan dari kekuatan gerakan. Maka landasan
sederhana yang harus dilakukan Ikatan Pelajar Muhammadiyah adalah membangun
keunggulan budaya jujur karena ini adalah modal sebuah personal dalam gerakan.
Trust, pada akhirnya akan memiliki efek samping yang luar biasa, relasi
humanistik, relasi feodalistik dan relasi materialistic akan muncul dengan
sendirinya.
Transparansi
Publik. Jika menguatkan basis relasi tanpa dibarengi transparansi public maka
akan mengisolir gerakan IPM yang harusnya massif nilai yang diperjuangkan IPM
juga diinginkan orang lain. Silaturahmi Publik. Kekuatan ukhuwah dan improvisasi
komunikasi akan terwujud jika ada silaturhami public baik elemen Negara,
gerakan pelajar, jejaring luar negeri dan elemen basis massa.
Kapasitas
dan kapabilitas elite gerakan juga harus muncul dalam melakukan relasi
eksternalisasi gerakan, karena disanalah pertarungan ide gerakan sesungguhnya.
Jika ide dan gagasan yang diusung menjadi nilai maka perubahan yang dimau dan
jejaring pengakuan public akan dengan mudah dimiliki IPM selama istiqamah
dengan nilai yang diperjuangankan tanpai tendensi dan pretense secuilpun dalam
diri gerakan IPM dan personal gerakan IPM.
Wallahu
a’lam bisshawab..