- Back to Home »
- REVITALISASI SEMANGAT SUMPAH PEMUDA
by, azakikhoirudin (Pegiat Rumah Ideas)
Sumpah Pemuda
merupakan awal dari kelahiran bangsa Indonesia. Di mana selama ratusan tahun
tertindas di bawah kekuasaan penjajah Belanda. Kondisi ini mendorong para
pemuda menyatukan barisan untuk memperjuangkan kemerdekaan rakyat Indonesia
hingga berhasil mencapai kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Adapun
isi teks Sumpah Pemuda sebagai berikut: 1. Kami putra dan putri Indonesia,
mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia. 2. Kami putra dan putri Indonesia,
mengaku bertumpah darah satu, tanah air Indonesia. 3. Kami putra dan putri
Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Sumpah Pemuda!
Awal Kelahiran Bangsa
Kala itu, pada
tanggal 27-28 Oktober 1928 silam, seluruh perwakilan pemuda di tanah air
berkumpul dan berikrar. Pada saat itu, para pemuda Indonesia hadir dalam
Kongres Pemuda Kedua di Jakarta yang diprakarsai oleh Perhimpunan Pelajar
Pelajar Indonesia (PPPI). Pada penutupan kongres kedua ini dibacakan rumusan
hasil kongres yang disebut “Sumpah Pemuda”. Sehingga, Tanggal 28 Oktober
menjadi catatan sejarah bagi perjalanan bangsa Indonesia, karena para pemuda
mempertaruhkan semua jiwa raga untuk bangsa Indonesia dan bersatu padu
memperkuat diri untuk menuju kemerdekaan tahun 1945.
Kondisi ketertindasan
yang mendorong para pemuda pada saat itu membulatkan tekad untuk berjuang demi
mengangkat harkat dan martabat rakyat Indonesia. Di masa perperangan melawan
penjajah, para pemuda mendeklarasikan diri dalam Satu Tanah Air, Satu Bangsa,
dan Satu Bahasa, yaitu Indonesia. Sayangnya, peristiwa 85 tahun yang lalu
sangat berbeda dengan situasi dan kondisi saat ini. Di mana aksi tawuran
pelajar, narkoba, seks bebas dan berfoya-foya sudah menjadi ikon kebanggaan
segelintir para pemuda. Sumpah Pemuda merupakan suatu komitmen bersama untuk
bersatu melawan penjajah, memerangi kemiskinan, keterbelakangan, dan kebodohan.
Momen inilah yang membuka pintu bagi para pejuang hingga mencapai kemerdekaan
Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Di sini timbul
pertanyaan, mengapa Sumpah Pemuda merupakan awal kelahiran bangsa Indonesia?. Pertama, Sumpah Pemuda sebagai catatan penting dalam
sejarah Indonesia untuk mempersatukan perjuangan pemuda dalam merebut
kemerdekaan. Kedua, Sumpah Pemuda meletakkan arah dan tujuan perjuangan
menentang kolonialisme, salah satunya melalui pendidikan. Ketiga, Sumpah Pemuda
sejatinya adalah cikal bakal menuju proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia
pada tanggal 17 Agustus 1945. Dengan demikian, kemerdekaan merupakan harga mati
yang harus dicapai, dipertahankan, dan diisi melalui pemerataan pembangunan
untuk menghilangkan jurang kemiskinan dan pendidikan untuk menghapus kemodohan
dan keterbelakangan masyarakat.
Mempertajam
Peran Pemuda di Era Globalisasi
Pada
zaman peperangan dahulu, Sumpah Pemuda dijadikan awal perjuangan bagi pemuda
agar bersatu merebut kemerdekaan dan terbebas dari kemiskinan dan kebodohan
dengan senjata bambu runcing. Kini generasi muda tidak perlu lagi memegang
senjata atau bambu runcing, namun yang dipertajam ialah pena sebagai alat
pencerdasan bangsa. Indonesia yang berusia hampir mendekati satu abad dihitung
dari hari Sumpah Pemuda, maka janganlah disia-siakan. Generasi muda hanya
tinggal mengisi kemerdekaan dengan melakukan peningkatan kualitas individu
untuk menjadi generasi unggul.
Generasi muda kini berhadapan dengan arus globalisasi. Dimana globalisasi
memiliki dua sisi kencenderungan, yakni sisi positif dan negatif. Dengan
gencarnya iklan menyebabkan masyarakat menjadi berbudaya konsumtif dengan gaya
hidup yang global sesuai dengan budaya barat. Sedangkan bagi faham kebebasan
adalah kebebasan yang menjurus pada kepuasan lahiriah (pleasure), egoisme,
dan hedonisme. Di sisi lain,
berkembangnya teknologi dan informasi menjadikan kita dapat melhat
berbagai peristiwa diberbagai belahan dunia. Tiupan globalsasi, perpaduan
dengan teknologi informasi melahirkan kebudayaaan dunia maya (cyber cultur)
kemajuan teknologi informasi telah membentuk ruang cyber yang maha luas, suatu
universitas baru sebagai ruang lalu lintas ilmu pengetahuan dan gudang rahasia.
Jika kita melihat dunia di era globalisasi saat ini, kita
dihadapkan pada tantangan masa depan yang cukup berat, diantaranya: 1. Globalisasi (WTO, ASEAN
Community, APEC, CAFTA), 2. Masalah lingkungan hidup, 3. Kemajuan teknologi dan
informasi, 4. Konvergensi ilmu dan teknologi, 5. Ekonomi berbasis pengetahuan,
6. Kebangkitan industri kreatif dan budaya, 7. Pergeseran kekuatan ekonomi
dunia, 8. Pengaruh dan imbas teknosains, 9. Mutu, investasi, dan trasnformasi
pada sekstor pendidikan. Selain itu, fenomena negatif, seperti: perkelahian
pelajar, narkoba, korupsi, plagiarisme, kecurangan dalam ujian, gejolak
masyarakat menjadi tantangan baru yang harus dipikirkan dan menjadi pekerjaan
untuk segera diatasi seluruh elemen bangsa ini.
Rene Descartes
yang dikenal sebagai bapak perintis
filsafat modern berkata,”Cogito Ergo Sum”
(Saya berpikir, maka Saya Ada). Namun jika pertanyaan ini
dialamatkan pada generasi muda masa kini mungkin jawabannya adalah,” Emo
Ergo Sum” (Saya Belanja, maka Saya Ada). Realitanya, mereka mengkonsumsi sesuatu bukan dari segi
fungsionalnya melainkan dari tren yang
sedang berkembang. Generasi muda sedang menjadi obyek bagi pasar. Akibatnya, generasi muda semakin kehilangan jati dirinya sebab mereka
hanya mejadi penganut setia tren yang dikembangkan sistem pasar. Hal ini akan
menjerumuskan pelajar menjadi generasi yang tidak punya karakter dan
kemandirian.
Sejatinya,
budaya konsumerisme hanya menawarkan citra-citra
kedewasaan semu seperti rokok,
handphone, akses ke internet yang berujung pada pornografi. Jika
generasi muda membutuhkan identitas, maka dunia bisnis bisa menawarkan dan menjual berbagai macam identitas palsu
(semu) pada mereka. Generasi muda menjadi korban dari kecanggihan teknologi
yang dikuasai oleh kaum kapitalis. Oleh
karena itu, gerakan kemandirian menjadi wajib sebagai komitmen untuk mewujudkan
Indonesia yang berdaulat dan bermartabat, baik dari segi ekonomi, maupun
politik.