- Back to Home »
- MUHAMMADIYAH GERAKAN PEMBAHARUAN[1]
“RESENSI”
Oleh: Azaki Khoirudin
Muhammadiyah yang berdiri tahun 1912 dikenal sebagai
gerakan Islam modernis atau reformis, kendati dirinya tidak mengklaim demikian.
Para penulis dan peneliti maupun masyarakat menjuliki Muhammadiyah sebagai
gerakan Islam modern, reformis, dan lebih spesifik lagi disebut gerakan tajdid
atau pembaruan. Muhammadiyah disebut pula sebagai gerakan kebangkitan Islam (the
revival of Islam, al-sahwa al-Islamy, al-Ihya al-Islamy), bahkan disebut sebagai gerakan
Salafiyah. Muhammadiyah
juga termasuk The Largest Reformisy
Islamic Orgabisation, organisasi Islam terbesar di Indonesia. Apakah cukup dengan
seperti sekarang ini atau ingin mengukir kisah sukses kedua untuk kejayaan
umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan sejagad.
Kelahiran
Muhammadiyah. Waktu
berdiri tertulus Moehammadijah, adalah nama gerakan Islam yang lahir di Kauman
Yogyakarta pada tanggal 8
Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember 1912 M sebagai ‘persyarikatan. Pendiri Muhammadiyah adalah Ahmad Dahlan seorang pegawai
kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai pedagang.
Pembaharuan
dunia Islam dikenal dengan al-Ashraniyah
(modernisme) atau al-Ishlahiyah (reformisme), yang secara umum dikenal
dengan kebangunan atau pembaruan dunia Islam sebagaimana dikumandangkan oleh
Ibn Taimiyyah, Muhammad bin Abdul Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad
Abduh, Rasyid Ridha, Ahmad Kkhan, dan
para pembaru lainnya.
Ahmad
Dahlan Mujadid Islam. Karya
pembaruannya meliputi: pertama, meluruskan arah kiblat, shalat id di lapangan,
dan menjauhkan praktik beragama dari syirik, tahayul, bid’ah, dan khurrafat.
Kedua, pembinaan umat malalui pengajian-pengajian yang melembaga. Ketiga,
mempelopori pendirian sekolah Islam modern yang diberi nama Madrasah Ibtidaiyah
Diniyah Islamiyah. Keempat mendirikan PKU, panti asuhan dan pelayanan social
lainnya. Kelima, mendirikan Taman Pustaka, Majalah Suara Muhammadiyah, dan
lembaga Penolong Haji. Keenam, adala mendirikan Aisyiyah.
Karakter
Muhammadiyah.
”Muhammadiyah
adalah gerakan yang menampilkan banyak wajah. Dari jauh nampak doktriner.
Tetapi dilihat dari dekat, kita menyadari ada sedikit sistematisasi teologis.
Apa yang ada di sana agaknya merupakan suatu susunan ajaran moral yang diambil
langsung dari Al-Qur’an dan Hadits. Nampak ekslusif bila dipandang dari luar,
tetapi sesungguhnya tampak terbuka bila berada di dalamnya. Secara
organisatoris nampak membebani, akan tetapi sebenarnya Muhammadiyah merupakan
suatu kumpulan individu yang sangat menghargai pengabdian pribadi. Nampak
sebagai organisasi yang sangat disiplin, akan tetapi sebenarnya tidak ada alat
pendisiplinan yang efektif selain kesadaran masing-masing. Nampak agresif dan
fanatik, akan tetapi sesungguhnya cara penyiarannya perlahan-lahan dan toleran.
Nampak anti-Jawa, akan tetapi sebenarnya dalam banyak hal mewujudkan sifat baik
orang Jawa..”
Paham
Islam dan Pemikiran Ideologis. ”Ideologi Muhammadiyah” ialah ”seperangkat pemikiran dan
sistem perjuangan untuk mewujudkannya” atau ”sistem paham dan perjuangan untuk
mewujudkannya”, yakni ”paham Islam dan sistem gerakan Muhammadiyah” meliputi:
konsep “Duabelas Langkah Muhammadiyah” atau “Langkah Muhammadiyah tahun 1938-1942 pada era Kyai Mas Mansyur (1938)”,
Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah tahun 1945 oleh Ki Bagus Hadikusuma,
“Kepribadian Muhammadiyah” tahun 1962, lahir pada era kepemimpinan H.M. Yunus
Anis (1959-1962), muktamar ke-37 tahun 1968 di Yogjakarta melahirkan
“Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup
Muhammadiyah” (MKCHM) dan “ Khittah Perjuangan Muhammadiyah”, tahun 2000 dalam muktamar ke-44 di Jakarta
dirumuskan konsep penting dan mendasar yakni “ Pedoman Hidup Islami Warga
Muhammadiyah” ke-45 tahun 2005 di malang Muhammadiyah mengeluarkan konsep
pandangan dunia yang cukup penting yakni “Pernyataan Pikiran Muhammadiyah
Jelang Satu Abad” “Zhawãhir al-Afkãr al-Muhammadiyyah ’Abra Qarn min al-Zamãn”,
Pemikiran
Dakwah. Dakwah
sejatinya merupakan konsep Islam yang paling demokratis. Kata dakwah (bahasa
Arab) berasal dari kata da’a – yad’u – dakwatan artinya menyeru
memanggil, dan menjamu. Dakwah Muhammadiyana ith bersifat multi aspek sesuai
dengan keluasan ajaran Islam. Karena itu dakwah melipiti pembinaan paham dan
praktik keagamaan sebagaimana tuntunan tarjih, tabligh, pendidikan, kesehatan,
ekonomi, pemberdayaan masyarakat, peran kebangsaan dan berbagai usaha lainnya. Konsep dan langkah
paling strategis dan sistematis dari pemikiran dakwah Muhammadiyah dirumuskan
tahun 1968 sebagai hasil muktamar ke-37 di Yogyakarta, yang dikenal dengan
Gerakan Jama’ah dan Dakwah Jama’ah (GJDJ). Perkembangan mutakhir menyangkut
pemikiran tentang dakwah maupun
integrasi GJDJ, diformulasikan dalam konsep dan pemikiran “Dakwah Kultural
Muhammadiyah” sebagai sistem (manhaj) dakwah yang paling konperehensif produk
Muhammadiyah secara resmi kelembagaan.
Pemikiran
Tajdid Muhammadiyah itu bersifat baina tajrid wa tajdid (antara pemurnian
dan pembaruan). paradigma tajdid
dalam dua orientasi yakni pemurnian (purifikasi) dan pengembangan (dinamisasi). Tajdid bukan sekadar ‘iadat al-syaiy ka al-mubtada
(mengembalikan sesuatu pada asal mulanya), tetapi juga bermaka al-ihya (menghidupkan sesuatu yang mati) atau bahkan al-ishlah (membangun, mengembangkan,
memperbarui). Kini Muhammadiyah memerlukan pengembangan
dari paradigma tajdid juz’i-‘alami (pembaruan praksis amaliah) ke tajdid
usuli-nazari (pembaruan pemikiran yang lebih mendasar)
Masyarakat
Islam. Masyarakat Islam yang dicita-citakan
Muhammadiyah memiliki kesamaan karakter dengan masyarakat madani (civil-society)
yang maju, adil, makmur, demokratis, mandiri, bermartabat, berdaulat, dan
berakhlak-mulia (al-akhlaq al-karimah) yang dijiwai nilai-nilai Ilahiah.
Masyarakat Islam sebagai kekuatan madaniyah (masyarakat madani)
menjunjungtinggi kemajemukan agama dan pemihakan terhadap kepentingan seluruh
elemen masyarakat, perdamaian dan nir-kekerasan, serta menjadi tenda besar bagi
golongan dan kelompok masyarakat tanpa diskriminasi. Masyarakat Islam yang
dicita-citakan Muhammadiyah merupakan masyarakat yang terbaik yang mampu
melahirkan peradaban yang utama sebagai alternatif yang membawa pencerahan
hidup umat manusia di tengah pergulatan zaman.
Organisasi
dan Amal usaha. Organisasi Muhammadiyah bersifat structural yang memiliki
hirarki kepemimpinan dari tingkat Pusat sampai tingkat Ranting di masyarakat. Dan banyak memiliki amal
usaha disemua level pimpinan. Struktur organisasi Muhammadiya tersebar di 33 Wilayah,
408 Daerah, 3.176 Cabang, dan 10.235 Ranting. AMAL usaha Muhammadiyah terwujud ke
dalam ribuan lembaga pendidikan dari Taman kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah
Manengah, dan Perguruan Tinggi. Bidang kesehatan seperti ratusan Rumah Sakit,
balai-balai kesehatan dan anak, panti asuhan tersebar di seluruh Indonesia.
Muhammadiyah
Masa Depan. Supaya tidak terjebak pada
ekstrimitas yang radikal baik ke arah “radikal kiri” maupun “radikal kanan”
dalam pemikiran Islam, transformasi tajdid yang bercorak purifikasi dan
dinamisasi sekaligus memberikan jalan keluar atau solusi untuk melakukan
rancang bangun tajdid jilid kedua bagi Muhammadiyah saat ini dan ke depan. Dua materi strategis
dapat diselesaikan dalam Muhammadiyah menyangkut fondasi pemikiran yang
fundamental dalam gerakan Islam ini. Pertama, menyelesaikan atau memulai
kembali penyusunan buku Risalah Islamiyah yang berisi tentang Islam dalam
berbagai aspeknya yang menjadi pandangan resmi Muhammadiyah. Kedua, mengembangkan
konsep secara tuntas dan luas tentang Manhaj Tarjih mengenai tiga pendekatan
dalam memahami Islam yaitu bayani, burhani, dan irfani. Ketiga, mengagendakan tajdid di bidang dakwah, organisasi, amal
usaha, pengembangan kader dan anggota, dan berbagai model aksi gerakan agar
Muhammadiyah tampil menjadi gerakan Islam yang unggul dan bergerak di garis
depan dalam dinamika kehidupan umat, bangsa, dan perkembangan global.