IPM dan Perdebatan Kritis di Ruang Publik

Oleh: Azaki Khoirudin

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka” (QS Ali Imron: 191)

Globalisasi di dunia telah menimbulkan pergeseran dalam peran media, baik cetak maupun elektronik. Pergeseran peran media terutama sejak era Reformasi, juga berimplikasi terhadap nilai-nilai yang dianut pemilik dan pengelola media. Pada era Orde Baru, pers ditekan oleh pemerintah yang otoriter, meskipun ada unsur tanggungjawab social, pembangunan, dan sekaligus liberal. Globalisasi didukung dengan laju perkembangan ICT (information and communication technology) semakin spektakular, seakan batas-batas dunia menjadi kabur, tidak hanya secara geografis. Tetapi, yang parah ialah pertukaran dan peperangan ideology-ideologi menjadi sangat cepat. Selain itu, batas nilai-nilai agama dan budaya menjadi semakin kabur, baik dan buruk semakin sulit untuk dibedakan. Dimanakah peran IPM sebagai gerakan ideologis yang memilih kesadaran kritis sebagai paradigma gerakan? Bagaimanakah IPM mengadapi media diranah ruang public, sebagai gerakan yang berpihak dan focus terhadap isu-isu pelajar?

IPM dan Perdebatan Kritis di Ruang Publik
Mengacu pada pemikiran Habermas pemikir yang membongkar kebuntuan teori kritis, gerakan IPM di ruang public harus menjadikan media sebagai perdebatan kritis untuk kepentingan publik, sehingga tercipta emansipasi (yad’uuna ilal khair) yang membebaskan pelajar dari kesadaran palsu (false consciousness). Berkaitan dengan kepentingan publik, media dalam perkembangannya lebih berorientasi pada pembentukan opini publik dibandingkan dengan mengembangkan ruang publik bagi terciptanya ruang yang memungkinkan perdebatan atau pertukaran ide antar komunitas. Suatu hal yang berbahaya ialah ketika media menjadi agen manipulasi opini publik, dan mengoordinasikan publik menjadi pemirsa dan konsumen yang pasif.
Eni Maryani dalam bukunya yang berjudul, “Media dan Perubahan Sosial”, menurutnya, media yang berkembang dalam system industry kapitalis berorientasi pada pengambilan keuntungan (bisnis). Konflik-konflik kepentingan-kempentingan yang seharusnya ada di ruang privat kemudian dikomodifikasi dan dieksploitasi dalam ruang public. Alih-alih menjadi komunikasi yang bebas dari dominasi seperti yang dibayangkan Habermas, yang terjadi di media adalah komunikasi yang terdistorsi semata-mata untuk kepentingan ekonomi. Media yang yang bergerak diranah public menjadi kehilangan daya kritis karena dominasi  rasionalitas instrumental (materialistic) yang mengabaikan rasio moral dan estetika.
Dimana peran IPM? apakah IPM memilih untuk lari dari ruang public dimana media menjadi alat persebaran ideologi palsu yang membawa kepentingan kaum pemilik modal? Tentunya tidak. Karena IPM sebagai gerakan yang fokus terhadap kepentingan pelajar memiliki senjata atau alat untuk membentengi pelajar dari serangan ideology yang mengakibatkan terciptanya kesadaran palsu. IPM memiliki paradigma dalam melihat realitas, yaitu memandang ruang publik secara moderat atau adil, yakni disisi lain media menawarkan madu, disisi lain juga menawarkan racun. Oleh sebab itu, dengan paradigma kritis dengan yang dibentuk dari kesadaran kritis sebagai kacamata melihat realitas.
Gerakan IPM adalah bagaimana melakukan refleksi kritis, terhadap ‘the dominant ideology’ kearah transformasi sosial. Tugas utama IPM ialah menciptakan ruang agar sikap kritis terhadap ideology palsu yang mendominasi kehidupan pelajar, serta melakukan dekonstruksi dan advokasi menuju sistem sosial yang lebih adil. IPM harus selalu melakukan kritik perdebatan melalui media terhadap ideology dominan sebagai pemihakan terhadap pelajar. Sehingga tugas adalah ‘memanusiakan’ kembali manusia yang mengalami dehumanisasi karena ideologi dan struktur yang tidak adil tetapi mendominasi kehidupan pelajar dengan membangun media kritis untuk melakukan penyadaran pada pelajar supaya pelajar mengenali dirinya yang sesungguhnya.
Selanjutnya, tugas IPM ialah membagun media kritis. Artinya, dengan kesadaran kritis sebagai alat melihat masalah IPM harus menjadikan media sebagai ruang untuk berdialog secara kritis yang memberikan pencerahan dan penyadaran pada masyarakat pelajar dari ideology palsu yang dibentuk oleh kelompok kepentingan. Media dalam ranah publik maka keberadaannya seharusnya terkait dengan kepentingan public. Menguatnya kepentingan Negara (state) dan pasar (market) menyebabkan kapasitas media untuk memenuhi kepentingan publik menjadi kecil. Inilah peran IPM menjadi counter false ideology (memerangi ideologi palsu).
Karena menurut Mark yang melatarbelakangi pemikiran kritis menyatakan bahwa media adalah tempat dimana pertarungan ideologi terjadi. Sementara Habermas sebagai salah satu pemikir dari ini menegaskan bahwa media merupakan sebuah realitas dimana ideology dominan dalam hal ini (kapitalisme-materialisme-hedonisme) disebarkan kepada khalayak dan membentuk apa yang disebut sebagai kesadaran palsu (false consciousness). Karena kesadaran ini kesadaran yang dibentuk oleh kelompok dominan untuk melanggengkan kepentingan mereka.
Berangkat dari pemikiran ini, maka media dan interaksinya menjadi sangat penting untuk dikritisi melalui paradigma kritis yang menjadi pilihan ideologi gerakan IPM.Bagi IPM media harus menjadi ruang dimana ideologi-ideologi dipertarungkan untuk  mendapatkan tempat dalam benak, pola piker, masyarakat pelajar. Gerakan IPM harus mampu bertarung dalam kehidupan media menjadi suatu keharusan untuk menguasai media. Karena, siapa yang mampu mengusai media kemudian memanfaatkan kekuasaannya untuk mempengaruhi media. Kemudian IPM harus mendesain realitas melalui wacana ideology yang sebenarnya, sebagai counter ideology palsu.

IPM dan Counter Hegemoni Ideologi Palsu
Sekali lagi bahwa perjuangan IPM ialah melawan ideology palsu (kesadaran semu) terutama di ranah media yang menjadi alat persebaran ideology kepantingan kaum dominan. Karena, kerangka kapitalisme tidak lagi berbicara lagi tentang public need (kebutuhan public), namun yang dibicarakan adalah public want (keinginan public) yang telah dimanipulasi sesuai dengan kepentingan dan sasaran kapitalisme. Seperti jargon para actor produsen, yaitu “we sell what we want to sell”. Masyarakat Pelajar dalam hal ini adalah objek yang paling mudah menjadi korban, mengapa? Karena pelajar ialah masa-masa pencarian jati-diri dan masih labil. Sering kali apa yang mereka lakukan ialah atas dasar keinginan, bukan kebutuhan.
Pelajar ialah obyek yang sangat empuk bagi para kaum pemilik modal yang menawarkan ideologi-ideologi yang membentuk pola hidup pelajar. Di era dunia yang berjalan dan bergerak dengan kecepatan tinggi setiap menit bahkan detik, pelajar tidak jarang mengalami future shock (kejutan masa depan) dan culture shock (kejutan budaya) yang berimplikasi kepada kejutan iman, kejutan moral, bahasa, gaya hidup, dan lain-lain tanpa mengenali jati diri mereka. Sisi positif bagi IPM ialah, bahwa di zaman yang serba cepat dan didukung oleh tekonologi yang luar biasa sangat menunjang gerakan IPM untuk berperan sebagai gerakan dakwah dikalangan pelajar, dalam bahasa Habermas ialah emansipasi.
Karena  penguasaan teknologi dn konsumsi media bersinggungan langsung dengan pelajar. Oleh karenanya, IPM harus mampu merumuskan formula dalam rangka melawan peradaban melalui efektifitas penggunaan media. contoh: umat yahudi mempunyai tembok ratapan di yerusalem untuk melampiaskan segala keluh kesahnya dan ternyata pelajar Indonesia juga memiliki hal yang sama yaitu wall on facebook. sering kita lihat bahwa dinding facebook hanya digunakan untuk meluapkan segala keluh kesahnya dan lagi mereka mayoritas muslim. SO,,,, IPM harus berbenah banyak unukt pelajar Indonesia karena yang sangat mengakar pada basis IPM. IPM harus melakukan counter ideology dengan melakukan penyadaran kepada pelajar. Oleh sebab itu media harus kita rebut, dan kita rekayasa realitas dengan ideology yang sebenarnya yaitu nilai-nilai Islam. Jaya IPM…..


- Designed by Azaki Khoirudin -