by. Azaki Khoirudin[2]
Rentang panjang perjalanan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) selama ini berada di tengah liku-liku kehidupan kebangsaan dan keummatan yang mengalami proses deviasi-deviasi dari arus utamanya, untuk membangun kehidupan kebangsaan yang damai, adil, dan sejahtera. Eksistensi IPM pun, mengalami dinamika yang hampir serupa. Tentu tidak bisa dinafikkan, bahwa perjalanan IPM telah memberikan warna bagi entitas-entitas yang lain. Paling tidak IPM telah memberikan warna bagi dirinya, sehingga menampilkan sosok yang selama tampil, entah itu sosok yang telah memberikan warna dinamis-progresif dalam melakukan perubahan cara pandang (word-view), prilaku, ideologi gerakan dan lain-lain, yang telah memberikan artikulasi-reflektif-transformatif bagi pengembangan IPM. Ada juga warna lain IPM lebih sering menampilkan dirinya dalam wujud organisasi “kanak-kanak”, ia lebih sering menampilkan kehidupan organisasi yang tidak sehat, penuh dengan konflik, walaupun tidak jelas apa yang dipersoalkan bahkan diperjuangkan. Oleh karena itu, yang muncul kemudian adalah sikap-sikap arogansi dan tidak mencerminkan sebagai kader IPM.
Di usianya yang sudah 38 tahun, bukanlah waktu yang cukup untuk menunjukkan sebuah eksistensi yang established. Namun juga, bukan waktu yang singkat untuk mengukir sejarah pergerakan yang dinamis mengikuti arus besar perubahan yang memang cepat dan serba uncertainty ini.  Lantas di usia sedemikian itu, apa yang sudah diperbuat IPM? Apa pula yang hendak dilakukan (what next)? Tentu jawabannya dikembalikan kepada pasukan inti IPM. Lantas, siapa stake holder itu? Jawabannya adalah kita semua, yang senantiasa harus bercermin dari realitas yang ada, untuk meyakini bahwa diri kita bukan entitas yang paling eksistensial, bahkan mungkin kalau mau jujur kita mungkin masih tertinggal dari yang lain.Tetapi kita tidak mesti kawatir, justru kita bisa optimis bahwa organisasi kita tidak termasuk daftar organisasi yang mengeruk kekayaan rakyat, yang selama ini menjadi ultimate of goal dari aktifitasnya. Paling tidak, IPM telah melahirkan kader-kader excellent, clean, yang tidak terkontaminasi oleh arus pembusukan moral bangsa, walaupun secara kuantitatif relatif belum banyak, tetapi yakinlah bahwa kita pasti akan menjadi mainstream dari organisasi yang ada sekarang ini sebab dari perspekstif kejernihan hati nurani inilah kita beranjak.
Tentu itu semua memerlukan evaluasi secara kontinyu, bahkan kalau perlu melakukan kaji ulang secara cerdas terhadap teks-teks suci yang kita miliki, demi kesinambungan dalam membangun spirit gerakan IPM, sehingga tidak lapuk terkena hujan dan tidak lekang terkena panas. Peran strategis kader-kader IPM dalam mengambil alih posisi, atau bahkan harus merebut peran intelektual disemua sektor lapisan society (masyarakat) sehingga bangunan civil society akan empowering terhadap dominasi dan hegemonik state, atau entitas-entitas yang menghegemonik lainnya. Oleh karena itu tidak bisa ditolak bangun dasarnya adalah lahirnya kader-kader intelektual strategik, yang tentu dengan tidak malu-malu menampilkan keanggunan moralitas (akhlakul karimah), maka dibutuhkan instrumen-instrumen untuk mendukung kearah terciptanya kader-kader tersebut, paling tidak yang paling sederhana tetapi urgen adalah lingkaran-lingkaran diskusi (membangun lingkar inti), membangun aliansi strategik dengan kelompok-kelompok yang lainnya.
Evaluasi dilakukan bukan untuk sekedar usaha korektif atas program-program yang sudah, lebih dari itu harus berani memunculkan pilihan-pilihan baru sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan zamannya. Evalusai tentu dilakukan dengan aktifitas praksis seperti penyelenggaraan Lokakarya Nasional di Malang ini. Sesuatu yang tidak hanya monumental tetapi penting untuk dijadikan kaji ulang terhadap landasan pijakan gerak IPM selama ini; jangan-jangan kita sudah tidak punya landasan pijak lagi sehingga IPM selalu gamang dihadapkan pada realitas diluar dirinya. Lokakarya ini yang difokuskan  membahas tentang keorganisasian, perkaderan dan IPMawati, tentu memiliki tujuan strategis bagi progresifitas gerakan IPM yang genial-artikulatif-berkemajuan. 
Dari dialektika yang ada, memunculkan satu temuan bahwasanya IPM sudah kehilangan ruhul gerakannya. Oleh karena itu, tugas kita untuk menemukan ruh gerakan itu. Sehingga, IPM tidak gamang lagi menghadapi tantangan dan persaingan yang menghadap dihadapannya. Ada juga usul-usul yang cerdas, untuk meletakan itu sebagai basis ideologi gerakannya. Walaupun pilihan-pilihannya masih bersifat anti-thesa, dan kecenderungan tidak jujur. Tetapi yang terpenting, adalah keberanian untuk memunculkan wacana pilihan ideologi gerakan, seperti mengelaborasi konsep Rancang Bangunnya PP IPM: Visi 2012-2014 ini. Secara umum eksplorasi keorganisasian lebih menitik beratkan pada sikap profesionalisme kader-kader IPM, tentu harus diimbangi dengan skill managerial yang handal, sehingga pengelolaan organisasi dilakukan dengan baik, kebutuhan akan sistem manajemen modern dalam pengelolaan sebuah organisasi menjadi kebutuhan mendasar untuk menciptakan organisasi yang openended management. Dan daripada itu, keharusan untuk meminimalisir konflik intern organisasi menjadi langkah penting bagi terciptanya kehidupan organisasi yang sehat-kondusif dan dinamis
Revitalisasi ideology keilmuan atau ideologi pencerahan kader IPM menjadi keniscayaan yang tidak bisa ditolak. Format dan sistem pergerakan diarahklan pada pembentukan militansi kader yang intelektualis (elit pencerah bangsa), moral-spiritualis dan memiliki kompetensi profesional dan sensitifitas sosial yang tangguh. Hal ini harus diwujudkan dengan berbagai perubahan mendasar atas sistem dan format yang ada selama ini. Kendala lambatnya perkembangan pertambahan kuantitas ketokohan kader perlu disiasati dengan tetap pengemukaan kualitas kader sebagai prioritas. Itulah sebabnya, nilai-nilai yang hendak dibangun untuk mengkonstruksi kader disesuaikan dengan asumsi besar bahwa kader IPM harus memiliki basic of knowledge yang kokoh dan ghirah kejuangan yang tinggi.
Melalui IPM dapat dioptimalkan proses pembudayaan pelajar untuk menjadi sosok yang cerdas dan reilijus, sekaligus menjadi calon elite pencerah di Republik ini. IPM merupakan wahana pembelajaran bagi para siswa Muhammadiyah untuk membina diri dalam hidup yang cinta ilmu, jujur, disiplin, tanggungjawab, mandiri, berjiwa wirausaha, dan sikap positif lainnya sehingga memiliki keunggulan untuk menjadi kader Persyarikatan, umat, dan bangsa. Karenanya menjadi penting bagi IPM untuk terus menerus agar anak-anak bangsa ini semakin cerdas, relijius, dan bermaslahat bagi kehidupan bersama. Khusus bagi para aktivis IPM diperlukan usaha yang sungguh-sunguh untuk menjadikan gerakan ini benar-benar menjadikan generasi terpelajar Indonesia yang cerdas dan berakhlak mulia serta menjadi pencerah bangsa dam dunia kemanusiaan unuversal. Di sinilah pentingnya jihad intelektual dan jihad ruhaniah para kader IPM.
Demikianlah, IPM telah menemukan semangat yang hilang selama ini. Masa renaissance IPM telah datang. Langkah progresif sudah saatnya diambil dengan tetap mengambil nilai kesejarahan yang memang sangat kental dengan nuansa perjuangan Pelajar muslim yang gelisah atas realitas sosial yang timpang. Sudah saatnya IPM menjadi bagian terpenting dalam implementasi konsepsi Islam untuk kemanusiaan universal. Jayalah IPM!!!!! Amiiin..




[1] Disampaikan pada pelantikan LAPSI PP IPM, Ahad, 28 April 2013 di Kantor PP Muhammadiyah Ahman Dahlan
[2] Sekretaris PP IPM Bidang Perkederan periode 2012-2014

- Designed by Azaki Khoirudin -