Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) adalah organisasi otonom (ortom) Muhammadiyah, merupakan gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi munkar dan tajdid, berakidah Islam dan bersumber pada Al-Qur‘an dan As-Sunnah. (AD IPM: Pasal 3). IPM sebagai organisasi sayap gerakan Muhammadiyah di kalangan pelajar sebagai pilihan basis masanya. Ketika berbicara IPM secara ideologis, tentu tidak bisa melepaskan diri dari organisasi induk, yaitu Muhammadiyah. Oleh karena itu, paham ke-Islaman IPM harus merujuk kepada pemahaman Islam menurut Muhammadiyah. Maksud dan tujuan Muhammadiyah harus dijadikan sebagai rujukan bagi IPM ketika bergerak, setiap kader IPM harus benar-benar meresapi ideologi gerakan Muhammadiyah, yaitu ideologi Islam berkemajuan.
Bagi IPM, Islam merupakan nilai utama sebagai fondasi dan pusat inspirasi yang menyatu dalam seluruh denyut nadi gerakan. IPM berkeyakinan bahwa Islam sebagai risalah yang dibawa para nabi hingga nabi akhir zaman Muhammad s.a.w. adalah agama Allah yang lengkap dan sempurna. Islam selain mengandung ajaran berupa perintah-perintah dan larangan-larangan tetapi juga petunjuk-petunjuk untuk keselamatan hidup umat manusia di dunia dan akhirat. (HPT: Kitab Masailul Khomsah). Islam merupakan agama yang mengandung nilai-nilai kemajuan untuk mewujudkan kehidupan umat manusia yang tercerahkan. Kemajuan dalam pandangan Islam adalah kebaikan yang serba utama, yang melahirkan keunggulan hidup lahiriah dan ruhaniah, untuk mewujudkan Islam sebagai agama kemajuan hidup umat manusia sepanjang zaman.
Mengapa Islam Berkemajuan? 
Narasi “Islam yang berkemajuan” yang begitu populer di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah. Boleh jadi kemunculannya bukan seketika sebagai idiom baru. Hampir satu abad yang lalu, narasi tersebut tertuang dalam bahasa Jawa, yang dikutip Kuntowijoyo (2001) termuat dalam majalah Swara Moehammadijah No. 2 Tahun I/1915, “Awit miturut paugeraning agami kita Islam, sarta cocok kaliyan pikajenganipun jaman kemajengan.” Dari ungkapan itulah rumusan “Islam yang berkemajuan” diambil dan kemudian menjadi karakter utama gerakan Muhammadiyah, termasuk gerakan IPM. 
Gerakan IPM dalam perspektif ideologi keagamaan-nya sudah seharusnya menampilkan pandangan Islam yang berkemajuan. Karena, idiom “kemajuan”, “maju”, “memajukan”, dan “berkemajuan” telah melekat dalam pergerakan Muhammadiyah sejak awal berdiri hingga dalam perjalanan berikutnya. Dalam Statuten pertama kali tahun 1912, tercantum kata “memajukan” dalam frasa tujuan Muhammadiyah, yaitu “...b. Memajoekan hal agama kepada anggauta- anggautanja”. Kiyai Dahlan, seringkali mengungkapkan pentingnya berkemajuan. Menjadi Kiyai, jadilah Kiyai yang maju, ujar Kiyai. Pikiran-pikiran dasar dan langkah-langkah awal Kiyai Dahlan sejak berdiri semuanya menunjukkan pada watak Islam yang berkemajuan.
Dalam tulisan utuh Kiyai Dahlan tahun 1921 dan menurut informasi sebagai satu-satunya tulisan lengkap yang diwariskan pendiri Muhammadiyah ini, yang berjudul “Tali Pengikat Hidup Manusia” (Syukriyanto AR & A. Munir Mulkhan, 1985), Kiyai menyebut “tali pengikat hidup manusia adalah pengetahuan yang terlalu amat besar bagi kemanusiaan umumnya, sehingga memenuhi bumi”, yang dirujuk adalah Al-Qur’an yang dengannya manusia semestinya dapat menyatukan hati. Kiyai juga mengulas tentang pentingnya para pemimpin umat bersatu hati, dan di frasa itu menunjuk apa yang disebut “... pemimpin kemajuan Islam...”. Dalam tulisan itu, yang menarik hampir lebih separuh dari tulisan itu menguraikan tentang “akal, pendidikan akal, kesempurnaan akal, kebutuhan manusia, orang yang mempunyai akal, dan perbedaan antara pintar dengan bodoh”.
Dalam Majalah Suara Muhammadiyah tahun 1922, ditulis dalam bahasa Jawa, tentang pentingnya Islam sebagai “agami nalar”. Dalam pidato iftitah HB Muhammadiyah tahun 1927, 1928, dan 1929, berturut-turut diangkat tema dan ulasan tentang “Pandangan tentang Kemajuan Islam dan Pergerakan Muhammadiyah”, “Pandangan tentang Agama Islam dan Pergerakan Muhammadiyah”, serta “Pandangan tentang Kemajuan Agama Islam dan Pergerakan Muhammadiyah Hindia Timur”, yang mengupas berbagai pandangan Islam, kemajuan umat Islam di tanah air dan belahan dunia, serta berbagai masalah yang dihadapi Muhammadiyah dan umat Islam.
Ada lagi, ciri poin kedua yang tedapat dalam Dua Belas Langkah Muhammadiyah tahun 1938-1942, disebutkan tentang pentingnya Memperluaskan Faham Agama”. Istilah “berkemajuan” juga diperkenalkan dalam memberikan ciri tentang masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Pada  Muktamar ke-37 tahun 1968 dikupas tentang karakter masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Di antara sembilan ciri masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, salah satu cirinya adalah; Masyarakat berkemajuan”, yang ditandai oleh: “(a) Masyarakat Islam adalah masyarakat yang maju dan dinamis serta dapat menjadi contoh”.
Selanjutnya, istilah “Islam yang Berkemajoean” yang digunakan oleh Muhammadiyah di awal abad ke 20 (1912). Kemudian  “Islam Berkemajoean” awal abad ke 20 disandingkan oleh Amin Abdullah (2011) dengan istilah “Islam Progressive” (Islam yang Maju atau Islam Berkemajuan). Dengan kata lain, Islam yang Berkemajuan yang dinyatakan dalam judul tulisan ini adalah Islam yang berada di tengah-tengah arus putaran globalisasi dalam Praxis, globalisasi dan perubahan sosial dalam praktik hidup sehari-hari, bukan globalisasi dalam Theory, globalisasi yang masih dalam tarap teori, belum masuk dalam wilayah praktik. Jadi, pelajar berkemajuan senada dengan pelajar progresif yang siap bertarung di tengah arus globalisasi dan perubahan sosial.
Pelajar berkemajuan mampu menyemaikan benih-benih kebenaran, kebaikan, kedamaian, keadilan, kemaslahatan, kemakmuran, dan keutamaan hidup secara dinamis bagi seluruh umat manusia, pelajar yang menjunjung tinggi kemuliaan manusia baik laki-laki maupun perempuan tanpa diskriminasi. Pelajar yang menggelorakan misi antiperang, antiterorisme, antikekerasan, antipenindasan, antiketerbelakangan, dan anti terhadap segala bentuk pengrusakan di muka bumi seperti korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, kejahatan kemanusiaan, eksploitasi alam, seta berbagai kemunkaran yang menghancurkan kehidupan. Pelajar yang secara positif melahirkan keutamaan yang memayungi kemajemukan suku, bangsa, ras, golongan dan kebudayaan umat manusia di muka bumi.
Selain itu, Tanfidz Keputusan Muktamar ke-46 (2010) menggarisbawahi rencana strategis program nasional bidang kaderisasi dalam kalimat: Membangun kekuatan dan kualitas pelaku gerakan serta peran dan ideologi gerakan Muhammadiyah dengan mengoptimalkan sistem kaderisasi yang menyeluruh dan berorientasi ke masa depan.” Ada tiga kata kunci dalam rencana strategis tersebut: pelaku gerakan; ideologi gerakan Muhammadiyah; dan sistem kaderisasi. Khusus yang diistilahkan dengan ”pelaku gerakan” cakupan subjeknya terdiri dari: pemimpin, kader, dan anggota, yaitu pelajar yang dipersiapkan menjadi pelaku gerakan masa depan.
Islam yang berkemajuan memancarkan pencerahan bagi kehidupan. Islam yang berkemajuan dan melahirkan pencerahan secara teologis merupakan refleksi dari nilai-nilai transendensi, liberasi, emansipasi, dan humanisasi (Qs. Ali Imran ayat 104 dan 110) yang menjadi inspirasi kelahiran Muhammadiyah. Secara ideologis, Islam yang berkemajuan untuk pencerahan merupakan bentuk transformasi Al-Ma’un untuk menghadirkan dakwah dan tajdid secara aktual dalam pergulatan hidup keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan universal. Transformasi Islam bercorak kemajuan dan pencerahan itu merupakan wujud dari ikhtiar meneguhkan dan memperluas pandangan keagamaan yang bersumber pada Al-Quran dan As-Sunnah dengan mengembangkan ijtihad di tengah tantangan kehidupan modern abad ke-21 yang sangat kompleks.
Islam yang berkemajuan menyemaikan benih-benih kebenaran, kebaikan, kedamaian, keadilan, kemaslahatan, kemakmuran, dan keutamaan hidup secara dinamis bagi seluruh umat manusia. Islam yang menjunjung tinggi kemuliaan manusia baik laki-laki maupun perempuan tanpa diksriminasi. Islam yang mengelorakan misi antiperang, antiterorisme, antikekerasan, antipenindasan, antiketerbelakangan, dan anti terhadap segala bentuk pengrusakan di muka bumi seperti korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, kejahatan kemanusiaan, eksploitasi alam, serta berbagai kemunkaran yang menghancurkan kehidupan. Islam yang secara positif melahirkan keutamaan yang memayungi kemajemukan suku bangsa, ras, golongan, dan kebudayaan umat manusia di muka bumi.
Gerakan IPM berkomitmen untuk terus mengembangkan pandangan dan misi Islam yang berkemajuan sebagaimana spirit awal kelahiran Muhammadiyah tahun 1912. Pandangan Islam yang berkemajuan yang diperkenalkan oleh KH. Ahmad Dahlan melahirkan ideologi kemajuan, yang dikenal luas sebagai ideologi yang muaranya melahirkan pencerahan bagi kehidupan. Pencerahan (tanwir) sebagai wujud dari Islam yang berkemajuan adalah jalan Islam yang membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan dari segala bentuk keterbelakangan, ketertindasan, kejumudan, dan ketidakadilan hidup umat manusia.
Dengan pandangan Islam yang berkemajuan dan menyebarluaskan pencerahan, maka gerakan IPM tidak hanya berhasil melakukan peneguhan dan pengayaan makna tentang ajaran akidah, ibadah, dan akhlak pelajar muslim, tetapi sekaligus melakukan pembaruan dalam mu’amalat dunyawiyah yang membawa perkembangan hidup sepanjang kemauan ajaran Islam. Paham Islam yang berkemajuan semakin meneguhkan perspektif tentang tajdid yang mengandung makna pemurnian (purifikasi) dan pengembangan (dinamisasi), yang seluruhnya berpangkal dari gerakan kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah (al-ruju’ ila al-Quran wa al-Sunnah) untuk menghadapi perkembangan zaman.
Karakteristik Islam berkemajuan
Karakter Islam berkemajuan untuk pencerahan peradaban mampu memberikan kekuatan yang dinamis dalam menghadapkan pelajar Islam dengan perkembangan zaman. Dalam penghadapan Islam atas realitas zaman, IPM harus mengembangkan gerakan ilmu, gerakan pencerahan, dan gerakan pemberuan sebagai alat kemajuan, sehingga Islam benar-benar menjadi agama bagi kehidupan yang bersifat kontekstual tanpa kehilangan pijakannya yang autentik pada sumber ajaran. Gerakan ilmu telah dipelopori oleh  Kiyai Haji Ahmad Dahlan dalam bingkai yang kokoh sebagaimana disebut sebagai “akal pikiran yang yang suci”, sedangkan dalam Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah (MKCHM) disebut “akal pikiran yang sesuai dengan jiwa ajaran Islam”.
Islam berkemajuan memahami bahwa Islam memiliki pandangan tentang komunitas yang dicita-citakan, yakni masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Dalam pesan Al-Quran (Qs. Ali Imran ayat 110; Al Baqarah ayat 143), komunitas Islam yang diidealisasikan merupakan perwujudan khaira ummah (komunitas terbaik) yang memiliki posisi dan peran ummatan wasatha (komunitas tengahan), dan syuhada ‘ala al-nas (pelaku sejarah) dalam kehidupan manusia.
Komunitas terbaik yang dicita-citakan IPM adalah suatu komunitas pelajar yang di dalamnya ajaran Islam berlaku dan menjiwai seluruh bidang kehidupan yang dicirikan oleh ber-Tuhan dan beragama, berpersaudaraan, berakhlak dan beradab, berhukum syar’i, berkesejahteraan, bermusyawarah, berihsan, berkemajuan, berkepe-mimpinan, dan berketertiban. Dengan demikian komunitas terbaik menampilkan corak yang bersifat tengahan, yang melahirkan format kebudayaan dan peradaban yang berkeseimbangan. Komunitas yang maju, adil, makmur, demokratis, mandiri, bermartabat, berdaulat, dan berakhlak-mulia (al-akhlaq al-karimah) yang dijiwai nilai-nilai Ilahiah.  Ada lima pondasi utama Islam berkemajuan, yang menjadi karakter pelajar Muhammadiyah, yaitu:
1.    Memiliki Tauhid yang Murni
Tauhid yaitu doktrin sentral dalam Islam. Misi IPM adalah tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali hanya Allah swt. Islam puritan yang selalu mengajak kepada aqidah yang murni, bersih, lurus, dari berhala (klasik atau modern) yang merusak.
2.    Memahami al-Qur’an dan Sunnah Secara Mendalam
Bagi IPM, beragama Islam harus berdasarkan pada al-Qur’an dan al-Sunnah al-Maqbullah. Tidak bersifat taqlid (ikut-ikutan) trend, budaya pop, dan lain-lain, tanpa pengetahuan tentangnya. Dalam beribadah dan bermuamalah wajib menjadikan al-Qur’an dan sunnah sebagai titik pijak.
3.    Melembagakan Amal Shalih yang Fungsional dan Solutif
Iman tidak sempurna tanpa amal shalih. Bagi IPM, amal shalih tidak semata-mata berupa ibadah mahdhah. Amal shalih adalah karya-karya kreatif dan bermanfaat, merefleksikan kerahmatan Islam dan kasih sayang Allah. Hidup untuk masyarakat dan semesta alam.
4.    Berorientasi Kekinian dan Masa Depan
Pelajar Muhammadiyah tidak terjebak pada romantisme kejayaan masa lalu. Dalam melakukan program, berpikir dan bertindak baik secara individu maupun kolektif harus menjadikan masa lalu sebagai titik pijak untuk begerak kekinian dan merancang masa depan.
5.    Bersikap Toleran, Moderat, dan Suka Bekerja Sama
Pelajar Muhammadiyah tidak boleh bersikap elitis dan ekslusif. Fanatisme Islam, golongan ber-IPM secara berlebihan dan over-reaktif tidak dibenarkan. Kader IPM tidak boleh menjadikan perbedaan masalah-masalah sepele, (khilafiah), teknis, dan ecek-ecek sebagai sumber konflik. Namun, pelajar, Muhammadiyah (kader, anggota) IPM harus memiliki sikap yang toleran (menghargai dan memahami perbedaan), moderat (sederhana, adil, dan bijaksana), serta suka bekarja sama.
Membentuk Komunitas Terbaik
Yang perlu dicermati adalah kenyataan bahwa organisasi IPM sudah “gemuk”, baik dari segi amal Muhammadiyah, khususnya di bidang pendidikan, dari bustanul athfal sampai perguruan tinggi, layanan kesehatan dan lain-lainnya. Akan sangat mudah ‘lemak’ menempel di badan, lembaga dan amal usaha yang telah terlanjur gemuk. Tahu-tahu, dalam praktik, aplikasi dan reaktualisasinya di lapangan ditemui kejanggalan dan keanehan-keanehan dalam ber-IPM semaunya sendiri, dengan cara menyelipkan ‘ideologi’ lain yang tidak sejalan dengan Muhammadiyah.
Akibatnya, para keder IPM dan pelajar Muhammadiyah tidak lagi dapat menyandang predikat “Pelajar Berkemajuan”, karena istilah “berkemajoean” memang dulunya pada tahun 1912 sangat asing (bada’a ghariban) dan istilah itu  sekarang pun kembali menjadi terasa asing (ya’udu ghariban) pada awal abad ke 21 ini, karena Muhammadiyah tidak hidup dalam ruang kosong. Dengan kekuatan pemikiran dan pamahaman sebagai titik sentral manusia, IPM dengan basis komunitas pelajar harus memainkan kekuatan ilmu untuk membentuk komunitas terbaik, atau khairu ummah, yang di dalamnya terdiri dari pelajar-pelajar berkemajuan yang memiliki segala bidang ilmu dengan bingkai iman yang kokoh.
Pelajar Muhammadiyah jika ingin disebut berkemajuan, maka gerakan IPM secara internal harus terlebih dulu memajukan dirinya sendiri sebelum memajukan orang lain. Tantangan bagi kader IPM adalah betapa besar tanggung jawab dan konsekuensi mengusung ideologi atau pandangan Islam yang berkemajuan di tengah dinamika peradaban modern saat ini, lebih-lebih untuk ke depan di tengah pergumulan kehidupan umat manusia yang bercorak pasca-modern. Untuk konteks pelajar Indonesia, ikon perjuangan meraih “Islam yang berkemajoean” sepertinya tetap menarik untuk diperbincangkan dan didiskusikan sepanjang masa.


- Designed by Azaki Khoirudin -