- Back to Home »
- Menginstal Ulang Sistem Kaderisasi IPM untuk Pelajar yang Berkemajuan
Dedet Putra Hendriko
Sekretaris Perkaderan ( PW IPM
Riau )
Derap langkah perjalanan Ikatan
Pelajar Muhammadiyah selama ini banyak rintangan dan tantangan yang menghadang.
Itu semua tidak terlepas dari telah lamanya organisasi ini exist dalam
percaturan masyarakat sehingga disebut IPM salah satu penggerak civil society
dikalangan pelajar. Jika dilihat dari awal berdirinya IPM sampai perubahan nama
menjadi IRM sehingga kembali lagi menjadi IPM sungguh banyak proses yang harus
dilalui sehingga membuat kader IPM menjadi kader yang selalu siap untuk
menghadapi perubahan.
Ikatan Pelajar Muhammadiyah
yang merupakan salah satu organisasi otonom muhammadiyah yang bergerak
dikalangan pelajar sangat sadar akan fungsinya sebagai penerus persyarikatan
dan bangsa yang masih banyak belajar untuk menjadi pemimpin masa depan yang lebih
baik. Didalam struktur kepengurusan IPM terdapat bidang yang bertugas dan
mempunyai tanggung jawab terhadap perkaderan yang disebut bidang kader.
Perkaderan dalam IPM disebut dengan Taruna Melati yang mempunyai tingkatan dari
TM I, TM II, TM III, TM utama.
Seorang kader IPM dituntut
menjadi contoh bagi lingkungan hidupnya, karena sebutan kader memang mudah tapi
tidak semudah dengan tanggung jawab yang didapat. Maka oleh karena itu makalah
ini merupakan persyaratan yang harus dibuat untuk menjadi peserta dalam
Perkaderan Taruna Melati Utama. Seorang calon kader purna harus bisa
menjelaskan tugas yang sudah dibuat selama menjadi kader madya karena ada suatu
beban moral untuk membentuk calon kader yang berkualitas dan beretika.
Maka melalui pelatihan kader
utama ini menjadi sebuah kesempatan dalam memperdalam pengetahuan diri tentang
persyarikatan. Sehingga harus diadakan pembahasan tentang Pengembangan
Proses Kaderisasi di lingkungan IPM. Karena dengan adanya pembahasan ini
maka kita akan tahu bagaimana IPM dapat meningkatkan perkaderannya dengan
melihat aspek yang sudah dan yang akan ditambah demi kemajuan kader IPM
kedepan.
Pengertian
Istilah kader, umumnya
menunjukkan pada pengertian kelompok elite atau inti sebagai bagian kelompok
atau jama’ah yang terpenting dan yang telah lulus dalam proses seleksi. Adapun
pengertian kader yang lebih operasional adalah seseorang yang telah menyetujui
dan meyakini kebenaran suatu tujuan dari suatu kelompok atau jama’ah tertentu,
kemudian secara terus menerus dan setia turut berjuang dalam proses pencapaian
tujuan yang telah disetujui dan diyakini itu.
Tentu saja seorang kader harus
mempunyai loyalitas yang tinggi terhadap ikatan sehingga menjadi individu yang
mempunyai komitmen dalam mengembangkan ikatan. Dalam proses pengembangan
intelektual sangat diperlukan kegigihan dan kemauan untuk maju. IPM sebagai
salah satu organisasi kader Muhammadiyah sangat berperan penting dalam proses
perkaderan dikalangan pelajar. Jika kita lihat dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi pada saat ini menjadi tantangan yang harus dihadapi
oleh kita selaku kader ikatan.
Seorang kader harus selalu
mengingat pesan Ahmad Dahlan “ Hidup-hidupilah Muhammadiyah jangan mencari
hidup di Muhammadiyah “ dari pesan tersebut kita bisa menangkap makna yang
terkandung yaitu seorang kader harus mampu bersaing dalam pergumulan dunia
karena dengan cara seperti itulah seorang kader bisa membawa Muhammadiyah
bertahan dalam menghadapi perubahan zaman. Selaku organisasi otonom IPM merupakan organisasi yang sudah lama exist
serta mempunyai anggota muda yang masih butuh belajar dari segala hal.
Langkah sistematis harus
dilakukan berpegang teguh pada tujuan bersama dilandaskan saling percaya, bahu
membahu membangun kemajuan umat dan ikatan. Perlu penyesuain dalam system
perkaderan. Pendekatan dogmatis dan hafalan sudah saatnya digantikan dengan
pendekatan partisipatif dan ekspresif untuk merangsang kreatifitas dan percaya
diri. Oleh karena itu dalam pengembangan proses kaderisasi dapat kita lihat dari
beberapa hal yang harus dilihat kembali serta tantangan kedepan yang mesti
dihadapi.
Pengembangan Proses Kaderisasi
Pada saat sekarang kita sangat
menyadari bahwa dengan perkembangan zaman membuat kita harus mampu bersaing
menghadapi perubahan zaman. Ikatan Pelajar Muhammadiyah selaku organisasi kader
dalam persyarikatan yang mempunyai basis masa pelajar mempunyai tanggung jawab
yang besar, karena kaum intelek inilah yang sangat mudah terpengaruh perubahan
zaman yang sering disebut era globlisasi. Era ini masuk pengaruh luar yang oleh
IPM disebut Budaya POP. Oleh karena itu perlu kita lihat dan kaji kembali
proses kaderisasi IPM. Berbicara dengan suatu proses tidak akan terlepas dari
cara yang telah ditempuh dalam memulai sampai membuat jadi. Maksudnya adalah
IPM sebagai organisasi kader harus mempunyai proses yang jelas dalam perkaderan
sehingga terbentuk kader ikatan yang loyal dan berpengetahuan.
Didalam proses perkaderan IPM
kita mengenal Taruna Melati yang mempunyai tingkatan dan pembahasan yang
berbeda. Jika diadakan penelitian tentang bagaimana proses perkaderan IPM yang
sudah dilaksanakan meungkin kita tidak bisa menyebut berhasil 100 %, karena
tingkat keberhasilan itu tidak bisa diukur untuk pusat saja tetapi juga harus
melibatkan seluruh perkaderan disetiap tingkatan pimpinan yang ada. Jika kita
lihat saat sekarang para kader IPM baik dari pimpinan Ranting sampai Pusat
masih ada yang belum mengerti betul dengan arti dari kemuhammadiyahan. Keadaan
seperti menimbulkan pertanyaan “ Apa yang salah pada system perkaderan?.
Perkembangan perkaderan ikatan
hanya sebatas ruang lingkup muhammadiyah dengan banyak kita lihat wilayah dan
daerah yang hanya mampu mengkader para pelajar yang bersekolah di sekolah
muhammadiyah. Jika kita lihat kembali kepada sejarah awal berdirinya IPM sampai
perubahan nama menjadi IRM kebanyakan dari kader IPM itu adalah para pelajar
sekolah umum. Inilah kelemahan kita pada saat ini, karena kita terlalu terlena
dengan banyaknya sekolah muhammadiyah yang melakukan penerimaan siswa setiap
tahunnya. Memang diakui bahwa kader IPM sekarang bisa dikatan seorang Kader
yang cengeng tidak mau bersaing dan mengembangkan IPM ke luar.
Saatnya merubah Paradigma
Perkembangan suatu organisasi
tidak terlepas dari peran kader atau calon penerus yang dihasilkan. Pada saat
ini IPM selaku organisasi pelajar yang terbesar di Indonesia sudah mampu
berbuat untuk kemajuan bangsa. Itu semua tidak terlepas dari kader yang
dihasilkan mapu membawa perubahan dengan ikut andil dalam pemerintahan. Tapi
IPM tidak boleh terlena dengan keadaan ini, karena dengan berjalannya waktu
serta pergantian pemimpin menjadi perubahan kebijakan dan kemapuan. Di era
kemajuan teknologi dan informasi saat ini sangat kita rasakan begitu besarnya
pengaruh asing yang masuk ke dalam kebudayaan kita. Sehingga bisa dikatakan
jika tidak mampu bersaing akan tertinggal. Jika dihubungkan dengan perkaderan
IPM ini sangat berkaitan erat, karena seorang kader mesti pandai dalam membaca
peluang dan menguasai ilmu dan teknologi. Sistim perkaderan yang dipakai selama
ini harus ada perubahan sesuai dengan keadaan saat ini, karena sistim SPI hijau
dan merah tidak sepenuhnya menjadi acuan perkaderan IPM sekarang tapi juga
harus ditambah dengan kombinasi yang menarik.
Jika dilihat kualitas kader IPM
memang tidak bisa dikatankan tidak berkualitas tapi sebagian dari kader yang
dihasilkan tidak mampu dalam menjalankan organisasi dengan baik, contohnya
dapat kita lihat diwilayah Riau sendiri dari 100 % kader yang dihasilkan bisa
dianggap 70 % nya hanya mengikuti tanpa mengerti dengan betul apa tujuan
perkaderan sehingga kader tersebut tidak mampu menerapkan hasil dari perkaderan
yang telah didapatkan. Karena saya pribadi melihat bahwa kader IPM terlalu
banyak konsep tanpa aplikasi dilapangan.
Memang kita selama ini selalu
rutin melakukan perkaderan baik dari Fortasi sampai Taruna Melati Utama, tapi
apakah kita sudah melihat apa yang bisa dihasilkan kader setelah itu selain
mampu menjadi pemberi materi bagi kader selanjutnya hanya itu yang nampak saat
ini. Padahal dengan era globalisasi pada saat ini kita sebenarnya tidak
dituntut untuk hanya membuat banyak konsep tapi butuh aplikasi yang jelas dari
setiap konsep tersebut. Karena jika terlalu banyak konsep kader kita akan
terbuai dengan mimpi sehingga bisa dikatakan kader kita tidur dan hanya
bermimpi.
Kesimpulan
Dengan mengadakan perkaderan
memang kita akan menciptakan calon penerus ikatan. Pengetahuan juga sangat
dibutuhkan bagi seorang kader, tapi itu semua belum cukup tanpa adanya
pembibingan lebih lanjut dari fasilitator. Sehingga sekolah kader yang
dicanangkan oleh PP IPM sangat tepat. Sekolah kader ini merupakan jalan terbaik
dibuat disetiap pimpinan untuk melatih dan membina kader secara continue
sehingga tercapailah tujuan kader itu sendiri sebagai penerus persyarikatan.
Jika dilihat kenyataan sampai
saat ini sekolah kader tersebut belum ada bergerak dan hampir setiap wilayah
dan daerah belum melaksanakannya. Dan inilah merupakan suatu penghambat
kemajuan proses perkaderan IPM karena jika dengan perkaderan taruna melati saja
itu belum cukup. Tanpa ada proses yang dilalui setelah perkaderan tersebut.
Maka inilah pekerjaan rumah yang harus dipikirkan dan dicarikan jalan
penyelesaiannya. Sehingga kader IPM bukan hanya kader Muhammadiyah tapi juga
kader bangsa untuk mewujudkan masyarakat baldatun tayibatun warabun ghafur.Nuun
Walqalami wamaa yasthuruun
Pekanbaru, 08 Mei 2009
#Persyaratan Pelatihan Kader
Taruna Melati Utama Yogyakarta